Wednesday, August 26, 2020

12 Tahun Lamanya

Iyaa.. sudah 12 tahun saya tidak menulis di blog ini. Kenapa sekarang diintip lagi? Meskipun dengan penuh perjuangan karena sudah lupa passwordnya.

Honestly, karena pengen ikut lomba menulis bagi para blogger. Second honestly, karena kangen juga mempublikasikan tulisan di blog sendiri. Apalagi sejak musim medsos, memang banyak pemikiran saya yang dituangkan di medsos seperti Facebook dan Instagram. 

12 tahun ini pula warna warni kehidupan silih berganti menghiasi jurnal hidup saya. Pertemuan, perpisahan, jatuh bangun usaha, kehilangan anggota keluarga, kehadiran anggota baru, semuanya membuat saya bersyukur saat ini masih ada, masih bisa bersukacita dan masih merdeka menuangkan pikiran maupun perasaan saya. 

Lebay ya? Hehehe.. begitulah jika tiba-tiba mengenang hal-hal yang ada di belakang saya. Namun sekarang perubahan terjadi begitu cepat, bahkan saya sering merasa tidak cukup cepat untuk beradaptasi dengan perubahan itu sendiri. Tapi disinilah saya, sekarang ini, masih terus berjuang dengan banyak pikiran dan keinginan.  

Teman, mungkin saat ini kita masih terengah untuk mengejar apa yang ada di hadapan kita. Atau kita masih tertatih meninggalkan apa yang di belakang kita. Satu hal yang selalu saya ingat, jika kita tidak dapat mengubah situasi kita saat ini, kita masih dapat mengubah diri kita, respon kita, dan menyesuaikan diri seperlunya. Percayalah. Bersukacitalah. 


Friday, July 18, 2008

1001 alasan untuk mengeluh, 1 alasan untuk bersyukur

Beberapa hari lalu aku menambahkan satu kalimat dibawah judul blogku:
NO GRUMBLING AREA!
Entahlah mengapa aku ingin blog ini menjadi sesuatu yang memotivasi.
Bukan hanya sekedar curhat-curhat tanpa bentuk. Apalagi hanya sekedar mengeluh.
Karena tiap sendi kehidupanku, tak pernah lepas dari keluhan.
Keluhan ibu-ibu yang sedih karena anaknya tidak bekerja.
Keluhan tante yang pusing dengan penyakit menahun.
Keluhan saudara yang tiap saat bingung gali lubang tutup lubang.
Keluhan teman dan sanak yang tak kunjung didatangi jodoh.
Keluhan korban lumpur yang tak kunjung mendapat ganti rugi.
Keluhan keluarga yang menjerit karena kenaikan BBM.
Bahkan pengusaha yang mengeluh karena usaha menjadi lebih sulit.

Kalau mau dipikirkan, tentu kita punya segudang alasan untuk mengeluh..
Tapi mungkin perlu juga dipikirkan..
Apa yang kita peroleh setelah mengeluh?
Selain fakta bahwa keadaan tak dapat diubah dengan keluhan.
Demonstrasi semakin marak dan mengganggu aktivitas masyarakat.
Diikuti dengan saling menghina dan menghujat keadaan.
Bahkan tak jarang yang bermuara pada menuding ketidakadilan berkat Tuhan.
Lalu menularkan pikiran-pikiran negatif pada orang di sekeliling.
Membuat suasana semakin terpuruk…
Semakin tanpa harapan…

Saat ini banyak sekali buku-buku motivasi yang menganjurkan kita untuk berpikir dan bertindak positif, menjauhi kalimat-kalimat negatif, dan berjuang mencapai mimpi kita.
Misalnya, daripada mengatakan “Aku tidak ingin hidup miskin dan pas-pasan!” maka lebih baik menggantinya dengan kalimat “Aku ingin punya penghasilan lebih besar!”
Sebut saja buku-buku positif thinking yang banyak sekali versinya, buku Financial Resolution-nya Tung Desem Waringin, bahkan buku The Secret yang sempat menghebohkan dan jadi best seller karena mengulas tarik-menarik antara pikiran kita dengan semesta. Meski tak semua prinsip harus kita telan bulat-bulat (beberapa yang diajarkan kadang bisa menyesatkan jika tidak disertai dengan pemahaman yang utuh), namun intinya sebenarnya mengajak kita untuk mengendalikan pikiran kita sehingga dapat menggunakannya ke arah yang lebih baik.
Aku senang dengan beberapa slogan belakangan ini sering muncul seperti “Kita bisa!” atau “Indonesia Bisa!” yang dipopulerkan oleh Presiden SBY. Terlepas dari berhasil tidaknya pemerintahan beliau jalankan selama lima tahun ini, tapi aku cukup appreciate karena di tengah berbagai krisis dan juga berbagai tuntutan untuk mengundurkan diri, beliau masih dapat menularkan semangat positif ini. Aku sepakat dengan Pdt. Andreas Abdianto yang mengatakan bahwa dalam kondisi bangsa Indonesia seperti ini, siapapun yang menjadi presiden tidak akan mampu membawa kita keluar dari krisis hanya dalam waktu lima tahun. Tapi setidaknya, seorang pemimpin yang punya integritas, punya ketulusan, masih dapat diterima dan memberi semangat pembaharuan pada masyarakat yang sudah putus harapan dan malah diombang-ambingkan oleh para oknum yang memuaskan kepentingan pribadinya.
Menurutku, sudah saatnya kita meninggalkan budaya mengeluh dan meminta-minta. Aku ingat seorang trainerku yang menegur kami para agen asuransi ketika banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada produk dan sistem perusahaan. Ia mengatakan, okelah produk berubah, lebih sulit, lebih kompleks, dll. Tapi so what gitu loh?? Pemenang bukanlah seseorang yang berhasil di kala segalanya baik dan terkendali, tetapi justru berhasil ditengah keterpurukan.
Aku bersyukur untuk koran Jawa Pos yang meskipun banyak beritanya nge-pop dan tak se-intelek Kompas, tapi belakangan ini banyak sekali muatan-muatan positifnya. Tulisan Hermawan Kertajaya yang selama 30 hari membahas MarkPlus Festival, tulisan Dahlan Iskan yang sudah “ganti hati”, pemikiran seorang Azrul Ananda yang memotivasi pembaca, peraturan DBL yang juga mengajak siswa selain gape main basket juga harus tetap belajar, tampilan para lansia metropolis yang ternyata hebat-hebat hingga membuat malu kita yang berusia muda, adalah awal yang bagus untuk membangun mental warga metropolis. Seandainya rubrik atau artikel-artikel itu lebih dominan, tentu saja akan memberi angin segar pada pembaca yang sudah jenuh dengan aneka permainan kotor politik, berita korupsi dan demonstrasi, berita artis cerai, yang hampir semua media sudah memuatnya dan tiap saat televisi menayangkannya.
Kita perlu semangat…
Kita perlu menghidupkan harapan-harapan kita...
Kita perlu kembali menata pikiran dan hati kita…

Pernah ada saat dimana aku merasa hidup demikian sulit…
Anak sedemikian susah diatur…
Pekerjaan dan relasi antar manusia menjadi tidak lancar…
Ketakutan pada masa depan yang tak jelas arahnya…
Ikut mengeluh ketika orang lain mengeluh…
Akhirnya semuanya menjadi benar-benar sulit.
Namun ketika mulai merevolusi cara pandangku, ternyata tak ada yang sulit. 
Aku sedang belajar untuk tidak berkeluh kesah.
Juga sedang belajar untuk selalu bersyukur.
Apakah kemudian anakku sekonyong-konyong menjadi gampang diatur seperti sulap?
Tentu tidak.
Apakah semua kesulitan hidup lantas berubah 180 derajat?
Tentu tidak.
Tetapi aku menjadi lebih bahagia dengan keisengan anakku, kepandaiannya, kelucuannya..
Menjadi bersyukur karena diberi Tuhan jalan yang lebih berliku, karena aku menjadi lebih banyak belajar.

Memang kita punya 1001 alasan untuk mengeluh..
Tapi Tuhan sudah memberi diri-Nya sebagai satu2nya alasan buat kita selalu bersyukur.
Pengorbanan-Nya, penyertaan-Nya, dapat menjadikan hidup kita lebih bermakna.
Tidak perlu mengkuatirkan apapun lagi, dunia maupun akhirat.
Just fear God, fear nothing else…
No grumbling again!

Monday, July 14, 2008

Tubuh manusia memang rapuh...

Beberapa jam lalu my little princess terjatuh dari sofa.
Padahal di rumah justru sedang ramai-ramainya.
Setelah ditelusuri, ternyata dia mengejar balon gas yang direbut oleh seorang supupunya yang memang sengaja menggodanya, kemudian melepaskan balon itu ke plafon, dengan benang pengikat yang menjuntai ke bawah. My little Joy lalu mengejarnya, naik dan berdiri di atas sofa dan mencoba meraih tali pengikat balon tersebut. Namun karena terus melihat keatas, ia terguling (terjengkang tepatnya) melewati tepian sofa yang sudah cukup tinggi namun tidak cukup untuk menahan tubuhnya.

Glodakkk!! Dan tidak ada orang dewasa yang cukup cepat menangkapnya, karena kejadian yang begitu cepat… Aku sendiri duduk menghadap dia, sekitar 8 meter namun karena keterbatasan penglihatan aku tak dapat melihatnya dengan baik, dan tidak cepat berlari ke arahnya. Ia terjatuh dalam posisi nungging, dengan jidat mencium lantai…

Wahhh.. tangisan super keras disertai kepanikan pun melanda rumahku.Kasihan sekali, seketika itu juga sebuah benjolan besar yang mulai membiru dan bengkak menghiasi keningnya. Langsung kuusap2 keningnya untuk meminimalkan bengkak, disertai pemberian gel khusus buat anti bengkak. Sambil kuperiksa apakah ada bagian-bagian lain yang mungkin terluka juga. Semoga semua baik-baik saja, tetapi mungkin ada baiknya dibawa ke dokter jika ragu-ragu untuk memastikan tidak ada yang perlu dikuatirkan.

Duhhh maafkan kami ya..
Betapa banyaknya orang dewasa yang ada di rumah ini, pada saat itu…
Namun betapa lalainya beberapa menit saja tidak berada di dekatnya, bisa terjadi kecelakaan tersebut. Saat dan kondisi yang kami pikir cukup aman, ternyata malah terjadi hal yang beresiko.

Saat ini bengkaknya sudah sedikit turun, namun masih ada.

Tidak bisa kubayangkan betapa sakitnya apa yang dirasakan my little Joy.. Kita yang dewasa saja sering menjerit kesakitan ketika mata kaki terbentur benda keras. Apalagi ini, seorang anak kecil dengan benjolan berdiameter 5 cm di keningnya.

Sekaligus mengutuk tayangan-tayangan kartun atau film-film laga yang selalu mengekspos manusia super hebat yang badannya kebal meski ditembak berkali-kali, jatuh dari tempat tinggi atau dipukul berkali-kali. Sepertinya tubuh manusia itu begitu kuatnya. Membuat bias paradigma anak-anak yang tontonannya tidak dikontrol oleh orangtua. Bahkan mungkin bias di para mahasiswa IPDN yang juga sering mendaratkan bogem mentah di tubuh sesamanya! Mengira bahwa jatuh dari tempat tinggi akan baik-baik saja, dipukul hanya akan memar saja dan sedikit berdarah. 

Padahal sedemikian rapuhnya…

Terhadap benturan, terhadap virus, terhadap bakteri, atau terhadap benda tajam (Tepian kertas pun dapat mengiris buku jari kita!)

Joy yang jatuh dari tempat yang terhitung rendah saja bisa memperoleh benjol yang sedemikian besar. Apalagi yang jatuh dari ketinggian-ketinggian luar biasa itu.. 

Well, semoga tidak terjadi lagi hal yang tidak menyenangkan ini…

Being Single (Part 2)

Artikel ini aku comot dari email yang masuk di inbox-ku dan kupikir sudah cukup menyebar di dunia maya. Thank's to Nancy yang udah fwd ke aku ya..

From the sermon of Ps Jeffry Rachmat, JPCC -Jakarta.

Read this sentences carefully:
Baik atau buruknya suatu hubungan (teman, berpacaran/pranikah, atau pernikahan), tergantung dari siapa saja yang terlibat dari hubungan itu.

OMELET TELUR BUSUK

Relationship kita dengan orang lain, tentu terkait erat dengan pribadi orang itu sesungguhnya. Seorang tokoh motivasi terkenal juga pernah bilang, kita adalah rata-rata dari karakter teman-teman kita, dengan kata lain keberadaan kita ini dipengaruhi oleh orang di sekeliling kita.

Ilustrasi 1:

Omelet, alias telor dadar/orak-arik akan menjadi makanan yang enak (terutama buat yang lapar) kalo terbuat dari telur-telur yang segar dan baik. Tapi aku pernah bikin omelet dari 4 telur, dan ternyata waktu aku pecahkan telur ke-4 dan tercampur dengan 3 yang lain, telur ke 4 itu udah busuk.

Wakzzz...
Apakah ada yang mau omelet dari 3 telur bagus dan 1 telur busuk..??
Tentu ga akan ada yang mau, because the 4th egg, has made the whole things going bad. Yup, si telur busuk tadi udah mempengaruhi/merusak telur-telur yang baik. Dan kabar buruknya adalah : Omelet itu gak bisa jadi telur lagi.

Ilustrasi di atas, ga jauh beda dengan relationship yang kita alami dengan teman-teman kita, termasuk juga dalam pernikahan. Relationship hanya bisa seindah dengan siapa kita menjalin hubungan itu. Kalo dalam pernikahan sudah diaduk menjadi satu, dan jika baru ketahuan kalau telur yang satu busuk dan mengalahkan telur yang baik... owww... that's terrible.

Now, kita lihat pada ayat dibawah ini, ayat yang mengawali tentang relationship antar manusia.

Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman:

"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

King James Version :

"And the LORD God said, It is not good that the man should be alone; I will make him a help meet for him."

Jika manusia seorang diri/alone: Tuhan katakan itu "tidak baik".

Seorang diri = alone/sendirian, bukan single. Manusia yang "alone" artinya: sendiri saja, eksklusif, terisolasi, menyendiri, tersendiri, tidak ada teman. Ini adalah kondisi yang tidak baik.

Mengapa TIDAK BAIK jika manusia seorang diri saja?Here's the reason:

1. Karena KASIH. Sifat dasar dari kasih adalah MEMBERI, to give. God is Love, jadi supaya Tuhan bisa mengasihi maka Tuhan menciptakan manusia agar Tuhan bisa mencurahkan kasih-Nya.
2. Karena untuk memperoleh keturunan, maka harus berpasangan dengan lawan jenisnya.
3. Karena talenta dan kemampuan kita tidak dapat dikembangkan sendirian saja. Tetapi untuk mengembangkan karakter, diperlukan orang lain! Betul khan?
You see guys? It's not good for a man to be alone (sendiri, eksklusif, menyendiri, tidak berteman)

But it's good to be SINGLE !

SINGLE artinya: tunggal, whole, utuh, complete, terpisah, unik (English Dictionary), whole, unique, undivided.

Tuhan tidak bilang: It's not good to be single, tapi yang Dia bilang : It's not good to be alone. Adam=adalah pribadi yang "single", artinya complete, utuh, sempurna. Dikatakan "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik".  Ini berarti Adam adalah pribadi yang utuh, single, complete, and nothing wrong with Adam as his person.

Tidak pernah dikatakan bahwa Adam sibuk mencari pasangan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Tidak!
Yang tercatat adalah : Adam mengusahakan dan memelihara Taman Eden, sendirian. Termasuk kerjaan yang mahaberat, yaitu memberi nama segala mahkluk hidup yang ada di bumi. Begitu sibuknya dia, sampai Adam enggak sadar kalo dia perlu teman.

Tuhanlah yang bilang, bahwa "It's not good for a man to be alone".

Adam sibuk, concern dgn pekerjaannya sehingga dia tidak merasa membutuhkan teman. Inisiatif berpasangan, justru datangnya dari Tuhan. Perhatikanlah, pada saat Adam setia menjalankan panggilannya, maka Tuhan kasih bonus yaitu Pasangan Hidup. 

Waktu Tuhan menciptakan Hawa, wanita diciptakan BUKAN untuk membuat Adam menjadi complete.

Why? Krn Adam sudah complete sejak sebelum dia ketemu wanita. Tujuan penciptaan wanita, sebagai penolong bagi Adam.

The Lord said, "I'm going to make him a helper".

Ilustrasinya: Untuk mengangkat meja sendirian, bisa dilakukan. Tetapi dengan adanya penolong, maka akan membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah, right?.

Sekalipun saat itu Adam masih sendirian (alone), tetapi dia tidak merasa kesepian. Temen2 perlu ingat bahwa alone, belum tentu kesepian/lonely. Adam memang tidak kesepian krn ada Tuhan di situ, tetapi jelas bahwa Tuhan bilang "it's not good for a man to be alone".

'SINGLE'NESS
Guys, Kapan kita tahu bahwa kita siap untuk menerima pasangan?
Yaitu pada saat kita merasa tidak membutuhkan pasangan, karena disitulah kita merasa Complete.  Adam telah membuktikannya. Hawa datang bukan pada saat dia sedang sibuk sana-sini mencari pasangan. Tuhan memberikan pasangan, justru pada saat Adam ada dalam kondisi terbaik, saat sedang complete, utuh (single) dan menikmati panggilannya.

Singleness, adalah suatu tahapan yang harus dicapai oleh setiap orang yang akan menikah.

Hanya orang yang SINGLE, utuh-complete-matang-unik-secure-aman, hanya "single person" yang siap masuk ke dalam arena pernikahan. Sebab pernikahan seharusnya terjadi antara two single persons, antara laki-laki yang utuh dan wanita yang utuh.

Tetapi seringkali faktanya, pernikahan terjadi antara dua orang yang saling tidak utuh, yang saling mencari keutuhan dari diri pasangannya masing-masing.

Ilustrasi:

Ada dua gelas berisi air yang tidak penuh, diibaratkan sebagai seorang individu. Pada masa pra nikah, seringkali seseorang berkata "ohh..kekasih saya adalah orang yang bisa memenuhi hidup saya" atau "bersama dengan kekasih saya, hidup saya menjadi utuh/complete".

Faktanya adalah:

Setelah yang gelas yang satu mengisi gelas yang lain, apa yang terjadi? Maka salah satu dari gelas itu akan menjadi kosong!

Pernikahan tidak akan menjadi baik kalau ternyata kita mendapatkan orang yang tidak single/tidak complete/tidak utuh. Perbuatan yang salah, jika kita mencari seseorang yang bisa mengisi
kekosongan dalam hati kita. Bahkan, beberapa diantara kita mungkin udah mulai mencari-cari orang lain yang bisa mengisi kekosongan dirinya, sejak dari kecil...!! SMP mungkin?
Matius 22:39

"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Yesus berkata, supaya kita bisa mengasihi sesama kita, baik itu pasangan kita, isteri/suami kita, maka kita harus bisa mengasihi diri sendiri. Tidak bisa mengasihi dirimu sendiri = tentu tidak bisa mengasihi sesamamu manusia. Perlu dicatat bahwa mengasihi diri sendiri: bukan berarti selfish, self center, atau egois, melainkan menjadi utuh, complete, dan single!!

Lantas bagaimana caranya mengasihi dirimu sendiri:

1. Mengenal diri kita sendiri.

Do you know who you are ? Do you know why you are in God? Do you know why you are here? Do you know your identity?

Yesus adalah pribadi yang mengetahui siapa diriNya, sehingga Dia bisa mengasihi orang lain. (Yoh 14:6,10:9, 10:11, 6:35, 8:12, 11:25)

2. Menerima diri kita, apa adanya

Artinya kita memiliki gambar diri yang telah dipulihkan dalam Kristus.

Pernikahan yang tidak baik ialah dua individu yang tidak bisa mengasihi diri sendiri, tidak mengenal dirinya sendiri, tidak bisa menerima dirinya sendiri, tetapi berusaha (memaksakan diri) untuk saling mengasihi. Lihat contohnya di sinetron Indonesia.

Beberapa relationship pra nikah atau malah pernikahan, sebetulnya "mengosongkan" diri kita, atau "dries you up", atau membuat kondisi kita menjadi kering, yaitu pada saat pasangan kita berusaha memenuhi kekosongan dirinya.

Jika pasangan kita sedikit-sedikit telpon kita dan bilang, "Kenapa sih elo gak telp gue?",  atau sedikit-sedikit "Kenapa sih elo ga perhatiin gue?", atau "Kenapa sih elo enggak seperti yang lain?"

Sesungguhnya, kalau kita Single (complete, utuh, whole), maka kita tidak segitu butuhnya diperhatikan, karena kita bisa mengasihi diri sendiri dan siap mengasihi orang lain. Yesus adalah pribadi yang tahu persis siapa dirinya, apa tujuan hidupnya, dan kenapa Dia ada di muka bumi ini. (Yohanes 8:14)

IT'S MORE IMPORTANT TO BE  SINGLE
Ternyata jika ditelaah lebih jauh, lebih penting untuk menjadi "single" lebih dahulu ketimbang menikah. Adalah lebih aman untuk tidak menikah lebih dahulu, daripada menikah tapi kita belum menjadi single. Hal yang paling berbahaya dalam pernikahan adalah orang yang tidak single (utuh), menikah dengan orang yang tidak single (utuh). Itulah penyebab perceraian dan memudarnya kebahagiaan dalam pernikahan.
Ilustrasi:

Masih mending kalau gelas tadi berisi 50:50. Yang lebih parah, jika yang satu dalam kondisi yang dibawah 50%. Jika individu yang satu tidak bisa memenuhi yang lain, maka pasangannya akan mencari orang lain, yang dianggap bisa memenuhi kekosongan dirinya dan terjadilah perselingkuhan yang berujung pada perzinahan. Lihatlah pada realita yang ada, orang yang tidak utuh/complete/single menikah dengan yang tidak utuh, maka tinggal menunggu waktu saja dan dalam hitungan jari, tahun2  pernikahan akan segera berakhir.

It's more important to you to be SINGLE first, then get married. Kalaupun sekarang kita belum get married, yang terpenting kita menjadi SINGLE, maka dengan demikian kita tetap bersukacita. Sebab, orang yang tidak SINGLE, tidak utuh, tidak dapat menguasai dirinya (Amsal 25:28). Bagaimana mungkin orang yang kosong (tidak utuh) akan dapat mengendalikan dirinya? Dia hanya bisa mengendalikan sebagian dari dirinya, tidak sepenuhnya. Tentu saja, hanya orang yang Single, yang complete/penuh/utuh, akan dapat mengendalikan hidupnya.

READ THIS:

Orang yang tidak utuh/complete, tidak dapat memberikan apa-apa untuk pasangannya karena memang tujuan awal dia mencari pasangan adalah selfish, hanya untuk mengisi kekosongan dirinya sendiri. Pasangan seperti ini hanya akan banyak menuntut, banyak minta diperhatikan dsb. Dia akan mengganggu konsentrasi hidup kita, pekerjaan, karier, bisnis dll. This person will dries you up.

IT'S A WRONG MYTH

Mitos yang keliru ialah: Menikah adalah kunci menuju kebahagiaan, seakan belum lengkap kalau belum menikah. Ini menyebabkan kebanyakan orang sejak muda berpikir untuk mencari seseorang, untuk mengisi kekosongan dirinya. It's completely wrong, guys. Why ?? Karena kekosongan hidup kita hanya bisa diisi oleh Tuhan.

Makanya Tuhan Yesus bilang, "Seek ye first the Kingdom of God", Mat 6:33. Tuhanlah yang seharusnya menjadi pusat, sumber dan inspirasi untuk mengisi kekosongan hati kita. Kita semua tahu, bahwa kita tidak perlu menikah untuk menjadi complete. Pernikahan tidak selalu menambah urapan dalam diri kita, tidak selalu akan menjadikan kita sebagai berkat bagi orang lain.

That's not the point of a marriage. Kepenuhan panggilan kita hanya bisa didapat di dalam Tuhan, yaitu pada saat kita tahu siapa diri kita, kita bisa menerima diri kita sendiri, kita tahu kenapa kita ada disini, dan kita memahami apa tujuan hidup kita.

Kunci menerima kebahagiaan yang sebenarnya adalah:

Apabila kita menjadi single/utuh/complete, mengenali siapa kita di dalam Tuhan dan mengetahui tujuan hidup kita, baik dalam keadaan menikah atau tidak menikah.

Ada orang-orang yang masih sendirian, belum berpasangan/menikah, tetapi dia tidak pernah merasa kesepian karena dia single/utuh/complete dalam panggilannya. Tidak dipungkiri, bisa saja sewaktu-waktu ada keinginan memiliki pasangan, tetapi keinginan itu tidak pernah membuat dia menjadi goyah dan tetap maksimal dalam panggilannya.

SEKALI LAGI: HANYA BISA DIISI OLEH YESUS
Banyak orang yang sendirian tapi dia belum utuh/kosong/sepi, hidupnya banyakdiisi dengan usaha-usaha utk memenuhi kekosongan dirinya dan menjadi orang yang sibuk sana-sini mencari tulang rusuknya. Cobain sana, cobain sini, lirik sana-sini, jadian sana-sini, putus sana-sini. Jika dia menikah, bisa jadi dia malah akan merusak pasangannya jika pasangannya adalah orang yang "single". Ingat ilustrasi omelet. Telur yang busuk akan merusak telur yang baik. Nahh, jika pasangannya tidak single/utuh, wahh... akan lebih parah lagi. Mereka akan saling mengeringkan, saling menuntut, saling menyakiti dan tidak dewasa, dan akan berakibat pada ketidak-bahagiaan dan perceraian. Guys, sekali lagi pahamilah, bahwa rasa kesepian dan tidak utuh, TIDAK BISA DIISI OLEH PASANGAN KITA, melainkan hanya oleh Tuhan Yesus.

Justru pernikahan yang sempurna, hanya bisa dilakukan oleh dua orang "single", yaitu mereka yang telah utuh dan complete. Mereka berdua tidak akan saling mengeringkan, tapi saling memberi pujian, saling mendukung, saling menunjang dan tidak saling menuntut.

These two "single persons" akan menghasilkan sesuatu yang baik, kekuatan yang baru, berkat bagi sekeliling, dll. Tidak heran jika setelah pernikahan, maka baik sang pria maupun sang wanita, akan menjadi individu yang semakin berkualitas, yang mengalami kepenuhan panggilannya di dalam Kristus.

Berbahagialah kita jika menikah dengan pribadi yang "single", pribadi yang utuh/complete, punya kedewasaan dan panggilan dalam Kristus.

Remember:

Hubungan kita hanya sebaik dengan siapa saja yang terlibat dalam hubungan itu.

To be single should be the goal of every person.

Dan entah kita menikah atau tidak, sudah menikah atau belum....STAY SINGLE !!

God bless you.
Joel Dwisatrio

>>>> Wahh artikel yang panjang, tapi menarik. Tetapi bukan sesuatu yang mudah untuk dijalankan, aku rasa (ssst.. krn aku juga mencobanya tetapi sulit..lit..lit..).

Mungkin juga tidak semua orang setuju dengan semua yang diungkapkan oleh penulisnya. Tapi gpp, at least kita membacanya, mengetahuinya dan mencoba untuk menjadi "single" yang benar  ^_^  Selamat berbahagia dan menjadi pribadi yang utuh! JBU.

Lajang Metropolis Yang Berbahagia (Being Single Part 1)

Hari minggu kemarin di Jawapos halaman Metropolis aku menemukan satu artikel menarik.
Ada empat wajah ganteng yang ditulis sebagai lajang metropolis. Kategorinya antara lain tampan, sukses secara karir dan finansial, dan gemar melakukan aktivitas sosial.
Yang menarik perhatianku bukanlah keempat wajah yang memang serba good-looking itu, tapi lebih kepada beberapa caption yg ada di bawah gambar-gambar itu.
Seperti biasa, kalau lajang-lajang kategori “high quality” selalu mendapatkan pertanyaan seputar wanita idaman.

Ada yang menjawab:
“Pengertian, feminin, gaul.”
“Setia, tidak mudah cemburu.”
“Tidak mengekang, tapi tetap perhatian.”
“Harus paham profesi, cantik, putih.”

Tetapi ada satu jawaban yang paling menarik bagiku:
“Wanita yang bahagia dengan dirinya sendiri.”

Wuahh. Kelihatannya simple tapi mengandung filosofi yang sangat tinggi.
Yang mengucapkan kalimat itu bernama Steven Suhadi, baru berusia 26 thn.
Entah apakah si Steven ini mengerti apa yang dia katakan?
Karena di mataku, bisa muncul 2 persepsi:

Pertama, Steven ini mungkin orang yang tidak terlalu mau direpotkan dengan tetek bengek urusan membahagiakan pasangannya. Jadi ia ingin mendapatkan pasangan yang tidak menuntut ini itu dan merepotkan dirinya yang sibuk. Kalau begitu, mungkin ia adalah orang yang egois.

Kedua, konsep yang lebih tinggi. Dia mengerti betul bahwa tiap manusia mempunyai kepenuhannya sendiri. Seumpama dua buah gelas, pernikahan yang baik sebaiknya terjadi dalam keadaan gelas itu sama-sama penuh. Bukannya sama-sama terisi separuh, lalu berharap bahwa pasangannya yang akan memenuhi separuh bagian yang kosong. Yang akan terjadi adalah salah satu gelas akan menjadi kosong! Frustasi, kekecewaan, depresi, dan sakit hati akan mewarnai kehidupan mereka.(Ada artikel dari seorang teman yang sangat bagus tentang ini, kapan-kapan akan aku post disini).

Hmm, sekiranya persepsi kedua itulah yang dimaksudkan oleh si Steven, berarti di usianya yang relatif muda itu dia memiliki pemahaman yang luar biasa, yang oleh orang-orang sepertiku saja barusan paham setelah menikah, hahaha.. Paham pun, belum tentu dapat mengamalkan dalam kehidupanku.

Sebuah cerita: 
Ada seorang kawan (sebut saja namanya X). Si X ini sudah melalui lebih dari 10 tahun pernikahan yang memberinya dua orang putri yang sudah menginjak remaja. Beberapa tahun belakangan ini suaminya menjadi sangat penuntut, dalam hal perhatian maupun fisik (seksualitas). Ada yang mengatakan puber kedua. Si X yang setiap saat dimarahi, diomeli dan dicemburui menjadi sangat ilfil dan akhirnya benar-benar kehilangan rasa kepada suaminya. Parahnya, si suami bukannya mengurangi intensitasnya menuntut ini itu, malahan semakin menjadi-jadi, sehingga kalau menurut pandanganku sudah agak “kelainan jiwa”. Si istri tidak boleh menelepon siapapun, tiap saat menuduh istrinya berselingkuh (meneriakinya di depan umum), tidak boleh mengunci pintu ketika berada di kamar mandi, dan terus-menerus mengancam akan bunuh diri kalau si istri menceraikannya (sang istri ini sekarang memang pada tahap sangat tidak tahan dan ingin segera pergi dari suaminya). Sang suami terus menerus mengatakan sangat sayang pada istrinya, cinta mati kepada istrinya. Tetapi tiap malam yang dilakukan adalah membuat istrinya merasa ketidaknyamanan yang luar biasa, siksaan berupa kata-kata maupun fisik sudah dikeluarkan semua. Bahkan pernah ia nyaris mencekik leher istrinya di saat sedang tidur, supaya si istri tidak tidur dulu dan menemani/melayaninya.

Ada yang mengatakan, si suami mungkin ingin hubungannya bisa seperti pasangan harmonis lain yang bisa berangkulan atau bergandengan mesra, anywhere, anytime. Padahal dari dulu juga si istri bukan tipe wanita yang suka dimesra-mesrai. Moody banget. Apalagi sekarang setelah ilfil! Gak blass! Jadi sekarang jurang semakin dalam dan pertengkaran menjadi makanan sehari-hari mereka. Yang suami semakin posesif dan terobsesi, si istri semakin menjauh. Sudah banyak orang yang turun tangan mencoba menasehati atau mencarikan solusi, tetapi tidak mengubah apapun.

Cerita ini aku bagikan bukan untuk menghakimi siapa yang salah.. Tapi mencoba mengaitkan dengan si gelas yang terisi separuh (atau bahkan tidak sampe separuh??) yang terus-menerus menuntut orang lain (dalam hal ini pasangannya) untuk memberikannya kebahagiaan. Jadi ia menggantungkan seluruh kebahagiaannya dari pasangannya. Orang jenis ini adalah orang yang paling mudah kecewa, mudah frustasi. Dalam tahapan rendah, ia seperti orang yang haus kasih sayang. Inginnya ditelepon, disentuh, dimanja, dan dituruti. Kalau ada yang tidak berjalan sesuai ekspektasinya, ia menjadi gampang marah dan berprasangka. Larinya bisa menjadi posesif, terobsesi dan phobia yang berlebihan. Takut pasangannya berselingkuh, takut tidak bahagia, dll.

Hal ini bukan hanya dialami dalam cerita diatas. Dalam rubrik konsultasi di koran, sering aku menemukan juga remaja-remaja yang sedang kasmaran yang berkeluh kesah karena merasa kekasihnya kurang perhatian atau pencemburu. 

Jadi, jika si Steven mengatakan calon pendamping idaman adalah wanita yang bahagia dengan dirinya sendiri, kemungkinan besar dia juga adalah pria yang bahagia dengan dirinya sendiri. Sehingga dia merasa tidak terlalu membutuhkan pendamping hanya untuk mengisi kekosongan jiwanya. Berarti dia punya nilai plus yang lebih tinggi dibanding dengan yang mencantumkan kriteria:
"pengertian" = berarti takut pasangannya salah mengerti!
"feminin" = biar tidak ada yang menyaingi ke-laki-lakian-nya!
"gaul” = biar tidak malu-maluin  dan tidak nyusahin!
"setia" = karena takut ditinggalkan!
"tidak mudah cemburu" = biar hidup damai dan bisa bergaul bebas dengan teman wanita!
"tidak mengekang" =  biar bisa melakukan apa saja!
"perhatian" = untuk memuaskan dahaga kasih sayang!
"harus paham profesi" = biar tidak dilarang-larang!
"cantik, putih"= biar gak bikin malu kalo diajak jalan!
Yang pada akhirnya, kriteria ini semua bermuara pada diri sendiri..  

Orang yang bahagia dengan atau tanpa pasangan hidup, adalah orang yang “utuh/complete”. Tahu benar apa dan siapa dirinya, dan tahu benar bagaimana menjalani hidup dengan bahagia, bukannya harus menikah atau harus pacaran supaya bisa bahagia.

Aku menulis artikel ini, bukan apa-apa. Hanya kadang gerah juga dengan desakan orangtua (tante, nenek, dll) yang menyuruhku mencarikan “jodoh” atau “kenalan” buat saudara-saudaraku yang masih menjomblo. Sepertinya setelah menikah, semua tugas sebagai orangtua sudah selesai.... Padahal tidak sedikit anak-anaknya yang telah menikah malah membuat mereka tambah sakit kepala.
Banyak juga teman-teman yang sudah masuk fase “gelisah” karena tak kunjung menikah, sehingga meminta dikenalkan dengan kenalan-kenalan yang ada. Padahal secara kehidupan mereka cukup sempurna. Hmm, gak apa sih kalo untuk melebarkan jaringan.. Asal bukan kebutuhan yang dianggap mendesak aja, hahaha..

Kembali ke “konsep bahagia”, sebenarnya sudah pernah kutuliskan dalam postingan terdahulu (Joy or Happiness). Tapi sekali lagi aku ingin sekali bisa menjadi orang yang bisa berbahagia dengan diri sendiri. Karena aku sudah punya Tuhan yang bisa memenuhi ruang hidupku, sehingga tidak ada alasan untuk tidak bahagia.

Ah, semoga saja bisa…
Dan harus bisa!


Thursday, May 22, 2008

Power of Hope

My wishlist:

1. Be a writer!

I also want to write a book for kids based on Christian values… 

2. Travelling around the world (Indonesian Archipelago first!) with my Joy, capturing moment together with our own camera. And of course, I’ll be happier if my parents, my brothers and lovely cousins can join me!

Interest places in Indonesia: Lombok, Bali, all Borneo, (esp Derawan), all Papua (esp Raja Ampat, Wamena, Biak, Timika/Tembagapura), all Sumatra (esp. Padang, Medan, Aceh), All Java (esp Lasem, Jogja, Kawah Ijen, beautiful mountains ), Maluku, all Sulawesi (esp Toraja, Manado, Makassar)

Interest countries/cities to go: Prague - Ceko, Moskow - Rusia, China, Tibet, Korea, Japan, Singapore, Germany, Italy, UK, Middle East countries: Spain, Tunisia, Malta, Greek, Cyprus, Egypt, USA West Coast.. , Aussie, Swiss, New Zealand, and many more.. Places where I can learn new things, about culture, art, building, history, technology, people , etc. And of course I can get many wonderful pictures with my EOS!

3. Design and build my own house called “home”, fulfil with love.

4. Having many cute children!

5. Hmm.. wanna have a lasik surgery for my left eye.. So I can see everything clearly.. And my headache can't disturb me anymore.

Sunday, May 18, 2008

NGOPI (Ngobrol ringan dan berpikir) tentang NASIONALISME (sebuah renungan memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional)



Mungkin tema ini kedengaran basi dan naïf bagi sebagian orang.
Yang hidupnya sudah menganut nilai dari lagunya si Maia (Emang Gue Pikirin..)
Tapi aku ingin mengungkapkan isi hati.
Dan pemikiran yang menggelitik isi perutku sembari minum secangkir kopi merk lokal.

Ngobrol tentang sebuah negeri yang punya alam sangat indah.
Tentang negeri yang sedang terpuruk karena berbagai krisis.
Tentang negeri yang para perempuannya menangis karena tak mampu membeli susu bayi,
dan para prianya merasa tak berharga karena tak mampu mempertahankan dapurnya terus mengepul.
Tentang negeri yang tidak pernah selesai memberantas tikus-tikus pengerat keuangan negara yang patah tumbuh hilang berganti.
Tentang negeri yang sedang kecewa karena kehilangan si Thomas dan bangga karena hampir meraih si Uber.. (Ada presenter yang menghibur dengan mengatakan “Yah, gak apa deh kita gak dapat Thomas Cup, kan kita masih punya banyak Thomas: Thomas Djorghi, Thomas Nawilis, dll). Duhh dijamin kalo aku jadi produser siaran bakal mikir-mikir deh memakai ulang tuh presenter!)

Dari sepuluh orang yang kukenal, delapan orang akan mengatakan mereka tidak bangga sebagai orang Indonesia. Kok bisa ya?
Kalau mengatakan bangga, pasti diketawain soalnya.
Bahkan ada seorang yang kukenal dengan baik terang-terangan menunjukkan kebenciannya kepada negeri ini. Bukan masyarakat awam lho, tapi orang yang sangat capable dalam bidang hukum dan sering jadi pembicara di beberapa forum keagamaan.

Hmmm..
Aku gak mau jadi orang naif.
Tapi aku juga gak mau jadi orang yang tidak tau diri.
Yang lahir, tumbuh besar dan mengais rejeki dari tanah negeri ini.
Mungkin tak banyak yang bisa kuberikan bagi negeri ini.
Hanya secuil pemikiran dan kebanggaan.
Yang dengan susah payah harus tetap kupertahankan di tengah situasi yang membuat kebanggaan itu menjadi begitu sulit.
Yang sering diganggu oleh perasaan gemas dan geregetan karena yang dibangga-banggakan malah sering berdiam dan mempermalukan dirinya.
Dicela oleh bangsa lain..
Dan lebih parah: dimaki habis-habisan oleh bangsa sendiri!

Aku bukanlah seorang traveler kelas dunia.
Yang sudah menjelajah ke negeri-negeri orang.
Bukan seniman atau budayawan.
Yang secara khusus mendalami asset budaya bangsa ini.
Bukan juga aktivis partai politik.
Yang mengerti dengan benar soal hukum dan berbagai dinamika berbangsa bernegara.
Hanya seorang perempuan berstatus “Ibu”

Tetapi dari perjalanan yang telah kutempuh .
Menyusuri sudut-sudut keindahan alam negeri ini.
Menikmati keramahan penduduk setempat.
Memakai barang-barang produksi dalam negeri (gak fanatik sih..)

Aku ingin katakan..

Alam kita adalah yang paling indah dari semua negara di dunia.
Orang kita adalah yang paling ramah dari negara lain.
Makanan khas dari penjuru daerah di negeri ini pasti lebih enak daripada negara lain.
Rempah-rempah, hasil hutan, hasil laut kita paling bikin iri negara lain.
Budaya kita adalah yang paling lengkap dan beragam.
Seni kita adalah seni yang cukup berkelas.
Kreativitas bangsa kita tak kalah dengan bangsa lain.
Kekayaan alam kita seharusnya sanggup memberi makan 200 juta jiwa.
Orang-orang pintar negeri kita bisa jauh lebih pandai dari ilmuwan negeri seberang.

So..
Apa yang salah dengan nasionalisme kita?
Takkan habis kalau kita membahas yang negatif.
Karena semua media, semua orang, setiap hari telah membahasnya.
Menimbulkan pesimisme massal yang tiap detik makin meningkat.
Sehingga lupa bahwa masih ada harapan meski nyaris tak terlihat.
Tertutup oleh berbagai kekacauan sistem, kebobrokan integritas para penyelenggara negara, kelemahan hukum, kriminalitas, terorisme, dan turunnya moralitas bangsa.

Tapi satu hal, kita masih bisa berbuat sesuatu.
Sekurang-kurangnya hal-hal kecil yang kita temukan sehari-hari.

Jangan hanya katakan “Aku benci negara ini!”
Tapi buatlah sesuatu sehingga dapat mencintainya.

Jangan hanya katakan “Aku akan menyekolahkan anakku keluar negeri saja!”
Tapi ingatkan dia untuk kembali membangun negeri ini dengan integritas seorang pemimpin.

Jangan hanya katakan “Kasihan sekali orang-orang di tv yang rebutan sembako itu!”
Tapi cobalah berikan setangkup roti isi pada anak yang mengetuk jendela mobilmu.

Jangan hanya katakan “Hukum Kasih adalah yang tertinggi!”
Tapi kita masih memandang aneh pasangan berkulit hitam – kuning berjalan di mall.

Jangan hanya katakan “BBM naik, rakyat sengsara!”
Tapi cobalah juga untuk bijak membelanjakan uang kita.

Jangan hanya katakan “Bagaimana nasib anak-anak kita kelak di negeri ini?”
Tapi didiklah dia juga untuk punya kepedulian pada orang lain.

Jangan hanya katakan “Televisi merusak moral bangsa!”
Tapi janganlah menggantikannya dengan mall dan Timezone melulu.

Jangan hanya bermimpi untuk selalu keluar negeri.
Tapi hanya tahu Bali sebagai wisata domestik. (Kasian deh lu…)

Jangan hanya katakan “Barang branded memang lebih bermutu!”
Tapi cobalah mengapresiasi batik yang saat ini sedang nge-trend kembali (anehnya ada penjual di butik yang berpromosi dengan mengatakan: “Batik impor, batik impor..!” Masya ampun!! Dari mana aja tuh orang selama ini ya? )

Aku berduka dengan kepergian seorang Sophan Sophiaan (Ibu Widyawati, I think u’re the happiest celeb’s wife! Pasti berat kehilangan orang yang selalu mengakhiri malam dan memulai pagi dengan kecupan tanda cinta.. ehm ehm.. kebawa melankolis nih..)

Tapi aku bersyukur karena kepergiannya mengingatkan kita.
Untuk terus peduli dan melakukan sesuatu bagi bangsa ini.
Haruskah kita kehilangan lagi banyak patriot seperti itu.
Untuk dapat menggugah kesadaran nasionalisme kita?

Saat ini aku sedang berusaha untuk mendaftarkan my little Joy
Ke sekolah yang punya motto “Building The Nation Through Education”.
Semoga kelak, dia punya kualitas seorang yang berilmu, berTuhan, berkarakter dengan satu integritas yang baik.

Untuk memberikan sesuatu bagi lingkungannya.
Untuk menjadi garam dan terang bagi orang sekitarnya.
Untuk membangun negeri ini.
Negeri indah yang bernama INDONESIA.

Korea Rendezvous



Untuk kedua kalinya aku menginjakkan kaki di Incheon.
Bersama rombongan besar tour, kami diberi kesempatan jalan-jalan gratis sebagai bonus atas prestasi yang kami capai.
Ini kedua kalinya bagiku diberi kesempatan jalan-jalan gratis.
Dan tempatnya pun sama, Korea Selatan.
Mungkin aku ada jodoh dengan negara ini, hehehe..

Namun bayangan indah untuk mengalami keasyikan tour ternyata tak sesuai harapan.
Karena jumlah peserta  yang terlalu besar.
Karena pengaturan jadwal yang ketat dan serba terburu-buru.
Karena tempat-tempat yang dikunjungi itu-itu saja.
Pun tidak maksimal.

Bayangkan kami mengunjungi Everland hanya dalam waktu 3 jam (ibarat ke Dufan, itu sih hanya cukup untuk ngantri 2 jenis permainan saja..!)
Juga ketika mengunjungi Sheraton Walker Hill (katanya sih, tempatnya Jang Dong Gun jogging di serial Hotelier). Tapi ngapain hayo disitu kalo JDGnya gak ada? Hehehehe…
Boro-boro jogging, fotonya aja gak ada, kacian deh kita..
Mending duduk santai di rumah nikmati tampangnya lewat serial cute “All About Eve” aja.

Keleleran di depan Casino, juga gak bisa shopping macem-macem.
Habis yang ada cuman duty free sekelas Chopard or Cartier yang harga jamnya aja ada yang menyamai satu buah mobil! Duhh nek, kita sih bukan rombongan ibu-ibu pejabat yang biasa ngantri di counter Louis Vuitton gitu loh..
Alhasil, satu-satunya isi counter yang bisa kita beli hanya The Face Shop yang emang lebih murah dari Indo.
Itu pun melihat anggota rombongan lain yang tumplek blek di dalam counter sekecil itu rebutan kuteks dan body lotion, bikin nafsu shopping jadi hilang tak berbekas.
Dan kayaknya, itu aja emang yang lebih murah dari Indo.

Tapi tour leader kita yang asal Korea juga udah bilang sih;
“Bapak Ibu kalau belanja di Korea, jangan bawa-bawa kalkulator.. Ngitung2 n nangis2nya nanti pas udah nyampe Indo aja”, hihihi… Dasarrrr!

Menurutnya, hanya ada 3 item yang kalau dibandingkan, lebih murah di Korea:

1. Toilet (katanya, di Korea semua toilet gak bayar. Kalo Indo kan masih bayar tuh limaratus ato seribu perak!!)
2. Mobil Korea (kalo dibeli di Korea gak kena pajak masuk Indo soalnya), hihihi… Ada-ada aja. Lagian siapa juga yang mau beli mobil di Korea?
3. Ginseng. Nah ini yang bener, ginseng Korea emang kualitasnya terkenal sangat bagus, sehingga perusahaan kosmetik terkenal Lancome memasok ginseng sebagai bahan utama kosmetiknya dari negeri ini.

Ada beberapa hal yang menurutku pribadi cukup mengecewakan selama tour di Korea ini:

1. Tempat yang dikunjungi sangat terbatas dan cuma sebentar-sebentar, buat orang yang suka belajar banyak hal baru rasanya kurang maksimal.
2. Buat shoppers juga tidak enak, karena hanya dibawa ke Dong-dae-mun, pusat perbelanjaan yang mirip-mirip Pasar Atumnya Surabaya.. Harganya pun memang mahal-mahal, model mirip-mirip aja sama Mangga Dua Jakarta kalo telaten belanja. Mana pasar tradisionalnya, mana tempat jualan khasnya, bukankah tempat-tempat yang tradisional memberi lebih banyak hal baru? Masih mendingan kunjunganku yang terdahulu, yang dibawa ke berbagai museum (museum perang, folk village, museum seni tradisional, pusat keramik, taman mini, istana raja, dll) , berbagai pasar dan pusat belanja (In Sa Dong, Nam Dae Mun, Myeong-Dong, Itae-Won), bahkan ubek-ubek isinya KBS (stasiun TV Korea yang memproduksi serial Endless Love itu loh..). Tak ketinggalan ngunjungi kuburan raja di Kyeong-Ju, stadion World Cup di Ulsan, dan masih banyak lagi. Yahh, setidaknya aku masih terhibur karena dulu pernah mengunjungi negeri ini pada musim gugur dimana dedaunan berwarna kuning merah dan sangat asyik.
3. Batalnya rencana extendku ke Pusan, tempat dua orang temenku yang baik.. Hik hik.. sedihnya.

Namun seperti kata seorang teman yang juga kuamini, bahwa bagaimanapun tidak enaknya sebuah tempat (in this case, tempatnya bagus, pengaturan tournya yang gak bagus) tapi kalau kita bisa menikmati dengan hati, maka kita dapat juga merasakan sukacita di tengah-tengah segala hal yang tidak menyenangkan.

Kami masih bisa bersyukur untuk pelajaran-pelajaran dari negeri ginseng ini.
Kami masih dapat bercanda dengan tour leader yang hampir setiap hari kami omeli.
Kami masih dapat ketawa dan berpose iseng ditengah berbagai keindahan kota.

Terima kasih Tuhan,
Buat semua yang menyenangkan.
Juga buat semua hal yang tidak menyenangkan.
Supaya kami dapat terus belajar untuk bersyukur dan bersukacita.

Tuesday, April 8, 2008

I'm Back...


Kalau ada penulis blog yang tidak produktif, aku salah satunya.
Kalau ada orang yang gak konsisten mengejar mimpi, aku juga termasuk.
Kalau ada pekerja yang moody dalam melakukan pekerjaannya, itu pasti diriku.
Kalau ada ibu yang kadang care banget dan kadang mengabaikan anak, aku masuk daftar.
Kalau ada teman yang kadang bisa dekat kadang cuek bebek, itu juga habitku..

Wah wah wah..
Orang seperti apa aku ini ya?
Sehingga kadangkala meski kesuksesan nampak dekat di depan mata, namun sampainya sulit sekali, hehehe...

Oleh karena itu dibutuhkan banyak motivasi, banyak tantangan..
Sehingga aku berusaha lebih baik lagi.
Salah satunya adalah blog ini.
Dimana aku harus memotivasi produktivitasku.
Sehingga ide yang dikepala tidak berhenti hanya sebatas niat untuk sharing.
Tapi berwujud dalam bentuk tulisan-tulisan yang kuharapkan dapat menjadi inspirasi.

So I'm back..
Semoga bisa lebih konsisten.
Dengan ide-ide baru, cerita maupun opini yang ingin aku share.

Terima kasih teman-teman dan saudaraku..
Yang kadang memberi masukan dan bertanya-tanya tentang postingan terbaruku, mengapa lama tidak posting, mengapa tulisannya sedikit sekali, atau mengapa berhenti menulis.
Semoga bisa menjadi dorongan buat aku.
Mengembangkan minat dan kemampuan sesuai kehendak-Nya.

Thank's juga para blogger yang tulisannya bagus-bagus, membuatku gigit jari karena iri membacanya. Semoga aku juga bisa seperti kalian.

Thank's Jesus..
For all YOU have done to me.


Sunday, August 26, 2007

Tiga Orang Luar Biasa



Orang ke-1:
Pria, usia sekitar 75-80 thn
Tubuh kurus, rambut memutih seluruhnya.
Wajah (kalau boleh kuistilahkan) nyaris keriput sempurna.
Ekspresi nampak kepayahan.
Tangan dan kaki terlihat tidak dapat bergerak dengan baik (lumpuh), namun pandangan mata masih nampak awas.
Duduk di kursi roda, didorong seorang gadis muda (mungkin perawatnya).
Memakai kemeja putih dan bawahan sarung kotak-kotak.
Memangku sebuah bantalan sofa 40x40 cm berwarna merah.

Orang ke-2:

Wanita, usia sekitar 65-70 thn
Tubuh sedang, rambut memutih sebagian.
Memakai tongkat dan kacamata gelap sebagian.
Berjalan dengan sangat lambat dan tertatih-tatih,
dituntun oleh seorang wanita setengah baya (orang ke-3).
Pandangannya nampak tidak terlalu baik.

Orang ke-3:
Wanita, usia sekitar diatas 50 thn.
Menggunakan setelan klasik hitam, berwajah cerah.
Senyum tersungging di bibirnya.
Jalannya sedikit ganjil (lambat dan miring), setelah kuperhatikan ternyata ada kelainan pada kedua kakinya. (Berbentuk X dan ukuran kedua kaki tidak sama).
Wanita ini berjalan sambil menuntun orang ke-2 (ibunya)
dan berusaha tetap berada di sekitar kursi roda orang ke-1 (ayahnya).

Ketiga orang ini baru kulihat seusai mengikuti kebaktian pukul 9 pagi.
Arus manusia yang antri untuk keluar ruangan dari pintu samping tidak secepat biasanya, rupanya terhalang oleh ketiga orang ini.
Mereka berjalan sangat lambat dan susah payah,
Menyebabkan antrian panjang di belakang mereka.
Tak ada kemarahan atau ketidaksabaran.
Yang ada adalah banyak hati yang tersentuh.
Kulihat beberapa jemaat menyalami kedua wanita.

Orang-orang itu...
Orang berkursi roda dan lanjut usia,
Bukanlah pemandangan baru dan aneh di komunitas ini.
Jumlah mereka cukup banyak dan telah diakomodasi oleh komisi lansia.

Aku sering memandang mereka dengan simpati dan kagum.
Meski mereka datang dengan fisik yang terbatas.
Meski harus duduk di atas bantal khusus.
Meski datang dengan tangan digips (ketuaan mereka membuat mereka mudah patah tulang jika terjatuh).
Meski tak sanggup berdiri ketika liturgi meminta berdiri.
Meski suara dan pandangan mata telah begitu terbatas.
Namun dengan semangat masih melagukan pujian.

Hari ini,
Yang kurasakan jauh melebihi itu.
Kotbah yang sedikit formal, hari ini tak menyentuh hatiku.
Mungkin karena sisa-sisa rasa kantuk.
Atau banyak pikiran yang mengganggu konsentrasiku.

Hatiku tersentuh,
Justru di antrian pulang.
Ketika terjadi kelambatan di barisan keluar ruangan.

Hatiku bersukacita,
Melihat ketiga orang luar biasa itu berjalan tertatih-tatih.
Dengan lambat dan susah payah,
Sembari menerima uluran tangan beberapa jemaat yang menyalami.

Hatiku meluap bangga,
Karena ketiga orang ini berjalan dengan keindahan yang memancarkan keyakinan.
(Slowly but sure...)
Meski kaki melangkah tak kokoh.
Sehingga membuat orang yang ingin membantu pun
Merasa tak layak membantu.
Atau sesungguhnya..
Lebih perlu dibantu daripada ketiga orang ini ??

Hatiku merasa teriris,
Karena dalam kesehatan tubuhku,
Aku sering berkompromi.
Berkompromi dengan rasa kantuk, capek atau malas.
Berkompromi untuk tidak mendengar-Nya dan melayani-Nya.

Hatiku merasa malu,
Karena dengan kondisi tubuhku
Dengan gampangnya aku hendak keluar masuk ruangan ini
Duduk di mana saja aku ingin duduk
Berdiri dan duduk secepat yang diinginkan liturgi.
Menyanyi setengah hati meski dapat bersuara lantang.
Bernapas lega ketika ibadah berjalan tak terlalu panjang.
Dan pulang secepat aku bisa.

Aku merasa malu untuk diriku.
Aku merasa malu untuk orang-orang sepertiku.
Yang kuharap tidak terlalu banyak jumlahnya di tempat ini  ^_^

Yang merasa sehat.
Yang merasa kuat.
Yang merasa muda.
Yang merasa lincah.
Yang merasa pandai.
Yang merasa baik.
Yang merasa banyak tahu.
Yang merasa banyak kawan.
Bahkan yang merasa tidak perlu tahu
Dan tidak butuh banyak kawan.

Sehingga mudah sinis ketika kebenaran diungkapkan.
Sehingga mudah tertawa melihat kenaifan orang-orang yang mengasihi-Nya.
Sehingga mudah kompromi ketika keinginan daging meminta jatah lebih.
Sehingga mudah berpaling ketika merasa tak dikasihi.
Sehingga mudah menyerah ketika masalah sebesar biji kacang terasa sebesar gunung.

Terima kasih Opa X dan Oma X
(Aku bukanlah aktivis gereja yang mengenal banyak orang sehingga tak tahu nama mereka, maafkan…)
Terima kasih, Tante berkaki X.
Karena lewat perjumpaan yang tidak sampai 5 menit saja.
Banyak hal yang bisa kurenungkan.

Tentang kecintaan, kebanggaan, ketulusan.
Tentang komitmen dan konsistensi.
Tentang mau belajar dan mau mengambil bagian.
Tentang dikasihi dan mengasihi-Nya,
dalam kenaifan seorang anak kecil
dan kebijaksanaan seorang yang banyak usia.




Thursday, July 19, 2007


OR
  

Beberapa tahun belakangan, aku memang lebih suka menggunakan istilah
JOY dan enjoy.
Enjoy your trip, ucapan buat yang sedang melakukan perjalanan.
Enjoy your day, buat salam penutup sms-smsan dengan siapa saja.
Enjoy your marriage, buat teman yang barusan menikah.
Enjoy your work, buat teman yang sibuk di  jam kerja.

Large artinya besar.
Enlarge artinya memperbesar.
Danger artinya bahaya.
Endanger artinya membahayakan.
Rich artinya kaya.
Enrich bisa berarti memperkaya.

Entah logika ini benar atau tidak, enJOY selalu kuanggap bersukacita.
Enjoy =  menikmati =  menjadikan sukacita.
Jadi apapun keadaan, sebenarnya bisa dinikmati dengan sukacita
(menurutku sih...)


Sering kita bertanya atau ditanya,
Apa sih yang kita cari dalam kehidupan ini?
Tidak sedikit yang mengatakan: KEBAHAGIAAN (happiness).
Dan kebahagiaan itu bisa dicapai jika kita berhasil
Dalam standar-standar yang kita tentukan sendiri.

Misalnya, punya rumah gedong, istri cantik, keluarga harmonis, 
reputasi yang baik, teman-teman yang setia, dll.


Bagi beberapa orang Nasrani,
ada yang mengartikan kebahagiaan dengan sukacita, kegembiraan.
Lalu apa sih bedanya?

Happiness depends on "what happened".
Kita hepi kalau kita naik kelas.
Kita hepi kalau kita memenangkan undian.
Kita hepi kalau kita baru jadian dengan pacar.
Kita hepi kalau semua hal berjalan sesuai keinginan dan rencana kita.

Tapi.....
Kita tidak hepi kalau kita dimarahi orang.
Kita tidak hepi kalau kita kehilangan harta.
Kita tidak hepi kalau kita kehilangan orang yang kita sayangi.
Kita tidak hepi saat kita dirundung masalah.

Disinilah bedanya...

JOY  is a gift from God.
Sukacita adalah anugerah Tuhan.
Karena Ia telah memberikan yang paling dibutuhkan oleh manusia: keselamatan.
Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersukacita,
karena hal yang terpenting dalam hidup
bukan lagi kebahagiaan.

Begitu ia sungguh-sungguh menjadi milik kita,
tidak ada hal apapun lagi yang bisa merenggutnya dari diri kita.

Ia tidak sama dengan happiness yang bisa datang dan pergi sesuai kondisi.

Sukacita tidak tergantung pada apa yang terjadi dalam hidup kita.
Kita bergembira, sudah pasti kita bersukacita.
Kita boleh bersedih.
Kita mungkin bisa jatuh dalam berbagai dosa dan pencobaan hidup.
Kita bisa kehilangan harta atau orang yang kita sayangi.
Kita bisa lemah tak berdaya karena serangan penyakit.
Bahkan kita bisa saja kehilangan cinta antar manusia!

Namun sukacita sejati, bisa berada dalam semua keadaan.
Kita bisa bersukacita dalam suasana kedukaan.
Kita bisa bersukacita meski sedang dilanda kesusahan.
Kita bisa bersukacita bahkan disaat sedang disakiti.
Tentu saja sukacita ini bukan semata-mata ditandai
dengan bibir yang selalu tersenyum.

(Bisa dianggap tidak waras kalau senyum-senyum di tengah suasana kedukaan!)

Lebih dari itu,

Ada pujian kepada Pencipta.
Yang mengijinkan semua terjadi.
Kegembiraan, kesedihan.
Happiness, Sadness.
There's JOY in every moment.

Happiness belum tentu benar.
Karena seorang perampok juga bisa hepi setelah mendapatkan jarahannya!!
Joy is the real happiness.

Itulah sebabnya, aku menamakan anakku "JOY"
(Bukan karena ia lahir pada musim Indonesian Idol..)

Ada sukacita ketika menamakannya.
Ada sukacita ketika memanggil namanya.
Dalam keadaan gembira maupun dalam keadaan marah berat atau bahkan sedih,
Nama itu selalu mengingatkanku untuk bersukacita dalam segala suasana.
Itulah salah satu kekuatan yang membuatku tetap hidup
dan melalui semua masalah kehidupan.


Bahkan pada saat-saat tersulit dalam hidupku,
Pertanyaan itu selalu muncul;
"Apa yang kau cari dalam hidup?"
"Joy...or happiness?"
Dan aku akan selalu memilih JOY.

So, I'm sorry Krisdayanti..
Karena akhirnya aku tidak sepakat
dengan baris terakhir lagu "Cinta"mu yang berduet dengan Melly
(meski aku kagum banget dengan karya-karya Melly)


Bukankah hidup kita akhirnya harus bahagia...

Karena di telingaku,
Ada lagu yang terngiang-ngiang dengan lebih keras dan lebih terpatri di hatiku,
Lagu yang sering dinyanyikan anak-anak sekolah minggu;

I've got JOY there is down in my heart
Deep, deep, down in my heart.
J-O-Y there is down in my heart,
Deep, deep, down in my heart.

Jesus gives it to me
And there's no one can destroy, destroy, destroy....

I've got JOY there is down in my heart
Deep, deep, down in my heart....


So...
Dalam keadaan apapun,

 
YOUR  LIFE !!

Monday, July 16, 2007

Mask Depression

(Artikel ini bukan tulisan saya, tapi saya ambil dari blog seseorang. Soalnya menggelitik dan menarik sih..
Nuwunsewu ya mbak Okky.. si-eneng@blogspot.com )


Depresi Terselubung atau Mask Depression. Jujur, saya belum pernah mendengar istilah ini sebelumnya. Sampai pada suatu sore di sebuah kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, saya bertemu salah satu sobat baik saya ketika kami masih sama-sama duduk di sekolah dasar.

Sepotong kejutan yang menyenangkan :) Setelah 17 tahun lost contact dan baru berjumpa lagi dengannya secara maya di dunia Friendster, akhirnya baru kali ini kami benar-benar bertemu secara fisik. Pertanyaan standar selain apa kabar adalah "Gimana, loe udah married, belum?" Hahahaha... wajar sih, secara tahun ini saya mulai memasuki usia 30 dan menjomblo (halah).

Reaksi saya agak berbeda ketika sambil tertawa ia mengatakan,
"Ah, payah loe, hari gini masih ngejomblo. Gue aja udah dua kali nikah!"

Haa??? Dua kali menikah? Iya, jadi sobat perempuan saya ini pernah menikah dua kali. Pernikahan pertamanya gagal. Dia cerai gara-gara suaminya selingkuh dengan temannya (canggihnya, perempuan yang diselingkuhi suaminya adalah temannya juga). Singkat kata, dia cerai dalam usia cukup muda, punya bayi laki-laki berumur enam bulan, dan tidak memiliki penghasilan karena selama menikah ia hanya menjadi ibu rumah tangga yang setia dan melayani suaminya dengan baik dan benar. Tapi sekarang dia sudah bahagia, karena tahun lalu dia sudah menikah dan bertemu lelaki yang benar-benar menyayanginya.

Dan mulailah dia bercerita banyak tentang kehidupannya. Mulai dari perselingkuhan suami pertamanya, perceraiannya, penyakit kanker yang dideritanya, anaknya, pokoknya banyaklah. Sampai ada satu bagian cerita hidupnya yang membuat saya tertarik. Jadi, sekitar tahun 2005, dia bolak-balik sakit dan dirawat di rumah sakit. Sakitnya simpel, cuma sakit panas dan demam tapi tak kunjung sembuh-sembuh. Dalam satu bulan, dia bisa puluhan kali bolak-balik masuk rumah sakit.

Akhirnya si dokter melakukan pemeriksaan secara keseluruhan. Dan didapat kesimpulan yang mengejutkan. Kata si dokter dia menderita depresi terselubung. Wah 3x...arahnya, dia sempat diberi rekomendasi untuk masuk rumah sakit jiwa.
Intinya, pasca perceraian pertamanya, teman saya itu berkata bahwa ia tidak sempat sedih. Terlalu sibuk mengurusi perceraian, memikirkan hidupnya dan anaknya yang masih bayi.

"Gue nggak ada waktu buat sedih. Jadi pada masa-masa proses perceraian dan pasca perceraian itu, gue nggak sempet mikirin sakit hati gue dan kesedihan gue. Dan imbasnya ternyata dua tahun kemudian gue divonis dokter menderita depresi terselubung," begitu katanya.

***
Katanya, depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, perasaan tidak berguna, putus asa, pokoknya yang sedih-sedihlah. Menurut informasi yang saya baca, penderita depresi terselebung jumlahnya semakin meningkat. Data di WHO menunjukkan bahwa 5 - 10% dari populasi masyarakat menderita depresi dan memerlukan pengobatan psikiatri dan psikososial. Untuk perempuan angka depresi lebih tinggi lagi yaitu 15 - 17% (masya alloh). Masalahnya adalah hanya lebih kurang 30% penderita depresi yang terdiagnosis dan mendapat terapi yang memadai.

Dari sebuah situs yang saya baca, depresi terselubung merupakan gejala perasaan tertekan dalam diri orang-orang yang secara keseluruhan normal. Hmm... persis seperti yang dialami teman saya itu. Meskipun terjadi pada orang-orang normal akan tetapi rasa tertekan ini akan mempengaruhi keseluruhan perilakunya. Dan bila dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin keadaan depresi terselubung ini akan menjadi depresi yang sebenarnya. Yang paling menakjubkan, dalam kadar tertentu, gejala depresi terselubung ini kebanyakan tidak disadari oleh yang bersangkutan.

***

Kembali ke cerita teman saya tadi. Ia memang kaget ketika dokter memvonisnya bahwa ia menderita penyakit depresi terselubung. Pasalnya, kejadian yang menyakitkan dengan mantan suaminya itu telah lama berlalu. Dan so far, ia merasa baik-baik saja. Tidak sampai pada tahap gila dan ingin balas dendam seperti yang ada di sinetron-sinetron lokal.

Atas saran dokter, ia mulai ke psikolog dan ikut terapi self healing. Dari konsultasi dan self healing yang ia ikuti, selain sudah merasa sembuh, ia juga mendapatkan pengetahuan baru.
Pada dasarnya, alam bawah sadar kita itu ternyata lebih kuat dari alam sadar kita. Jangan pernah memendam kemarahan, sakit hati, dan kesedihan. Karena ketika rasa itu ditekan dan tidak terluapkan, alam bawah sadar kita menjadi mudah depresi. Itulah awalnya gejala depresi terselubung. Imbasnya ya ke fisik, jadi sakit-sakitan meskipun informasi obyektif medis mengatakan tidak ada yang salah dalam fisik kita.

Ada kalanya kita harus meluangkan waktu untuk bersedih, marah, kesal, sakit hati, atau kecewa. Hanya saja, yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana kita melepaskan dan melampiaskan rasa itu dengan tepat.

"Depresi terselubung yang gue alami seolah membalas semua kesedihan-kesedihan gue yang sempat terlewatkan dan gue abaikan."

Begitulah kalimat terakhir yang sempat ia katakan sebelum akhirnya kami berpisah dan berpelukan.

Saturday, July 14, 2007

Tuhan marah pada Harry Potter (?)



Tadi aku ke Royal Plaza.
Bersama my little Joy dan pembantu kami yang sekaligus juga penjaga anakku.
Belanja, jalan-jalan.
Iseng mampir di 21, siapa tahu masih ada seat untuk film Harry Potter terbaru.
Ternyata ada.
Tapi di baris kedua dari depan.

Hmmm..
Nggak enak sih tempatnya.
Tapi penasaranku gak bisa ditahan,
Untuk melihat film yang semua seri dan novelnya jadi koleksiku itu.
Jadilah, 2x20rb berpindah tangan (karena malam minggu, jadi harga tiket termahal).
Filmnya masih akan main dua jam lagi.

Kuisi waktu dengan berbelanja.
Cuci mata.
Membeli bantal di index yang meski diskon 50% tetap masih menguras kocek.
Bantal dengan lapisan berisi biji kopi di satu sisinya.
Kata penjualnya, melancarkan peredaran darah.
Ya sudahlah, memang aku butuh.
Karena sakit yang berkepanjangan pada leher dan punggungku.
Semoga manjurlah.
Lalu mengajak Joy-ku bermain di playground yang banyak terdapat di mall-mall.

Pukul 18.45.
Setelah makan di Hoka-Hoka Bento (favoritku sih cuman saladnya, hihihi...),
kami langsung naik ke 21.
Film sudah dimulai rupanya.

Segera kami duduk dan mengambil posisi.
Joy kututupi sweater yang sengaja kubawa untuk menghalau dinginnya ac bioskop.
Joy juga nampak penasaran, karena aku bilang bahwa kita akan nonton tentang sihir-sihir.
(Fyi, dia sangat suka cerita putri2 seperti putri salju yang ada tokoh nenek sihirnya!)

Ternyata dugaanku keliru.
Pengalaman nonton Denias, Pirates of Carribean, dan Robby Hood yang bisa dinikmati oleh Joy, ternyata tidak terjadi di film ini.
Entah karena tempat yang terlalu depan,
Atau karena banyak suara2 yang mengagetkan dan menyeramkan (yang juga sangat keras karena dolby stereo),
Serta sinematografi yang serba kelam,
Malah membuatnya takut.

Alhasil, 10 menit pertama kuhabiskan untuk menenangkannya.
Karena terus merengek dan menangis ketakutan,
maka kusuruh pengasuhnya membawanya keluar.
Kubekali dengan uang secukupnya,
Agar dapat mengajaknya bermain beberapa permainan dan hiburan.
Sambil menungguku selesai nonton.

Oke..
Suasana sudah tenang.
Aku tahu panjangnya film ini 139 menit.
Pukul 8, hatiku sudah gelisah.
Bagaimana kalau anakku mulai bosan, ngantuk dan kecapekan?
Bagaimana kalau pengasuhnya kehabisan akal?
Sementara Harry Potter semakin tegang dan menarik.
Film ini 1 jam lagi baru berakhir.

Kumantapkan hati.
Kutinggalkan film itu.
Masih ada lain kali untuk melihat film dari novel favoritku.
Demi my little Joy.
Yang kutemukan dia di bawah eskalator.

Dan yang sepanjang jalan pulang terus berkata,
"Joy tidak suka Harry Potter" (beberapa kali terpeleset menjadi "helikopter")
"Joy hanya suka Putri Salju.
"Suaranya Harry Potter terlalu besar"

Kemudian ditambahkan lagi.
"Tuhan pasti akan marah sama Harry Potter."
(kurasa ini karena aku sering mengatakan bahwa Tuhan bisa marah sama anak2 yang tidak mau dengar nasehat orangtua, hehehe...)
Atau juga karena ia tahu, Tuhan tidak suka pada hal-hal yang menakutkan seorang anak kecil!

Hmmm, mungkin benar juga.
Tapi lebih tepatnya,
Tuhan mungkin akan marah padaku.
Jika aku memaksakan nonton Harry Potter dan mengabaikan anakku.
Hahahaha...

Bagaimanapun,
Thank's Harry!
Aku jadi tahu kapan harus membawa my little Joy di bangku 21.
Pelajaran yang kecil, tapi menggelitik bagiku.
Pelajaran seharga 40 ribu.
Pelajaran seharga 2 tiket Harry Potter!



Friday, July 13, 2007

Guardian Angel



Istilah ini sebenarnya mengandung banyak persepsi.
Di cerita-cerita religi,
Guardian angel adalah sosok yang abstrak.
Di serial korea,
Angel adalah seorang lelaki bodoh namun sangat baik hati.
Di beberapa film action,
Anggota mafia pun dapat dijuluki demikian.

Tapi aku mau menulis tentang hal ini,
karena aku BENAR-BENAR memilikinya.
Sembilan tahun dia diam di hatiku seperti itu.
Meski mungkin tak kusadari.
Atau juga tak disadarinya.

Aku ingat,
Semasa kuliah dulu.
Setiap aku membutuhkan sesuatu atau seseorang,
Dia akan datang seperti jelmaan.
Tanpa diminta, atau ditelepon (apalagi sms__jaman itu aku tidak punya hp!)
Seperti tahu apa yang ada di pikiranku.
Seperti punya telepati.
Aneh.
Misterius.
Namun menenangkan.
(Sepertinya ia tidak sadar hal ini, karena juga tidak pernah kuungkap!)
Mungkinkah kumiliki dia selamanya?

Tak terhitung desah nafas penuh kelegaan.
Ketika ia muncul di depan pagar kostku.
Segala gundah jadi sirna.
Seperti sebuah cahaya.
Terang, tapi tidak menyilaukan.
Lembut terasa, tapi kuat mencengkeram.

Ia hadir di saat-saat tersulit dalam hidupku.
Menghiburku saat air mata jatuh tanpa kompromi.
Tidak tertawa pada saat-saat yang paling memalukan dalam hidupku.
Tidak ikut menyalahkan meski aku salah.
Menghangatkan di saat terdingin yang pernah kurasakan.
Menjadi perisai dari serangan hujan dan panas.
Bahkan gangguan orang iseng ^_^
Mendengarku saat aku bicara demikian banyak.
Mendampingiku dalam diam, saat aku tak ingin bicara.
Tetap di sisiku di puncak tertinggi kebahagiaan,
Juga di jurang terdalam kekelaman.

Tanpa meminta apapun.
Tanpa peduli apapun.
Hanya menyediakan dirinya.
Untuk ikut memikul bebanku.
Mengikuti energiku,
Menelusuri tiap lekuk misteri dunia ini.
Tanpa lelah, tanpa keluh, tanpa penyesalan.

God is so good.
Karena menyediakan sosok nyata dalam hidupku.
Sahabat.
Pelindung.
Penghibur.
Penyuntik semangat.
Pemberi inspirasi.
Bukan khayalan semata,
atau konsep abstrak yang sulit kupahami.

My guardian angel.
Datang dan pergi dalam kehidupanku.
Ia datang hanya karena membaca isyarat mataku.
Ia pergi dengan sebuah penanda.
Ungkapan sayang di keningku,
menjadi isyaratnya.
Bahwa aku takkan melihatnya dalam waktu yang lama.
Penanda yang meneduhkan.
Sekaligus menyayat hati.
Menimbulkan tanya dalam diam
Kemana hidup membawanya?
Bahagiakah dirinya?
Siapakah yang menemani melewati hari?

Tulisan ini juga menandai penyesalanku,
karena tak pernah hadir untuk dia.
Tak ada pada saat terpahit dalam hidupnya.
Mengabaikannya ketika aku dikelilingi bahagia.
Tidak pernah bisa memberikan cinta,
Seperti cinta yang diberikan bagiku.

Maafkan aku, malaikatku.
Tidak pernah menjadi soulmatemu.
Karena selamanya tidak pernah setara bagiku.
Aku manusia, kau malaikat (kamu pasti selalu geli dan merasa tidak pantas bila kusebut dengan istilah ini..).
Hingga saat ini,
Tak pernah berubah.
Satu hal yang kutakutkan,
Adalah melukaimu.

Terima kasih, malaikatku.
Telah mendampingiku hingga saat ini.
Meski kini hanya dalam bayangan.
Tidak untuk diraih,
Tapi untuk disyukuri dalam tiap bait doaku.
Mendekatkanku pada Dia yg mencipta kita.

Pernah kau katakan,
Mungkin selamanya kau ditakdirkan menjadi pelindungku.
Aku tertawa mendengarnya.
Kejam sungguh aku,
Mengikatmu dengan peran itu.
Sementara banyak hati yang butuh hatimu.
Dan akan datang saatnya,
Dimana seluruh hati, jiwa dan ragamu
Hanya diperuntukkan bagi satu orang
Bahkan peran guardian itu pun
Harus kulepaskan.


Demi cinta.
 
Cinta yang benar dan tidak melukai.

Dan demi sebuah pembelajaran
tentang cinta.



Sunday, June 10, 2007

Tuhan Menjagamu



Hari ini my little princess Joy dibabtis.
Sejak pagi sebelum berangkat gereja kami sudah memberi gambaran padanya.
Bahwa ada pendeta yang akan memanggil namanya,
kemudian memercik kepalanya dengan air.

Hmmm..
Kelihatannya dia cukup excited.
Meski tak paham maksudnya.
Tapi tak apa.

Pembabtisan anak adalah berdasarkan iman orangtuanya.
Dengan tanggung jawab mendidiknya mengenal firman.
Hingga pada saatnya nanti,
dia akan mengaku percaya dengan hati dan lidahnya sendiri.

Wah.
Bukan tugas ringan.
Apalagi bagiku.
Karena komitmen sering terlanggar dengan daging.
Di tengah sukacita maupun kemalangan.
Tak terhitung berapa kali aku melupakanNya.
Meski Dia tak pernah meninggalkanku.
Sedikitpun tidak.
Bahkan di saat-saat tersulit dalam hidupku,
belaian atau cambukNya selalu terasa.

My little princess,
Selamat untuk pembabtisanmu.
Aku percaya,
Dia menjagamu.
Lebih dari ayah dan ibumu.
Lebih dari segala ayah dan segala ibu yang ada di dunia.




Monday, June 4, 2007

Anak jatuh di ITC (wuihhhhh..)



Aduh.
Kemarin sore aku dengar beritanya.
Perutku mual.
Napasku juga berat.
Padahal bukan anakku.

Aduh.
Bagaimana perasaan orangtuanya?
Mungkin merasa super bersalah.
Atau pasrah karena waktu tidak bisa diputar kembali.
Aku tidak bisa bayangkan seandainya aku adalah mereka.
Aku tidak mau menjadi mereka...saat ini.
Aku tidak ingin tragedi terjadi dalam hidupku.
Aku berdoa supaya Tuhan mendengar doaku.
Meski kutahu..jalanku tak mulus.

Aduh.
Jalan yang tragis untuk memulangkan seorang bocah.
Tragis untuk yang ditinggal.
Tragis bagi yang melihat tidak langsung.
Mengguncang bagi yang melihat langsung (aku ingat, lututku juga pernah bergetar hebat karena melihat langsung seorang teman menwa jatuh dari ketinggian 4 lantai!)

Tapi bocah itu..
Mungkin saat ini sedang melantunkan puji-pujian di rumah penciptanya.
Segala multi trauma yang diperolehnya secara fisik..
mungkin sudah menjadi mahkota yang indah di kepala kecilnya.
Itu yang kuharapkan.
Bukan sebaliknya.

Hanya meninggalkan duka.
Juga pesan.
Supaya orangtua menjaga baik anak-anaknya (anak-anak Nya)
Supaya kita menghargai yang masih hidup di samping kita.
Supaya pengelola mall lebih memikirkan keselamatan, daripada sekedar mencari untung belaka.
(aku ingat..ada juga mobil yang terjun bebas karena konstruksi dinding pembatas parkir yang tidak benar!!)


Aduh.
Aku baru ingat..
Aku juga bukan orangtua yang baik!!
Yang kadang lepas kontrol terhadap kegesitan kaki gadis kecilku.
Yang sering mengabaikan permintaannya ditemani bermain.
Karena alasan pekerjaan, atau karena alasan menulis blog! ^_^

Aku ingat juga..
Kotbah seorang hamba Tuhan yang menanyakan..
"Berapa engkau hargai anakmu kalau dijual?"
"Tidak ternilai harganya," jawab sebagian besar kami.
Tapi kemarahan atau ringan tangan sering muncul.
Jika anak kita menggores tv lcd seharga 8 juta.
Jika anak kita mengutak-atik komputer kita seharga 5 juta.
Jika anak kita mencoret sofa kita seharga 3 juta.
Bahkan ketika anak kita memecahkan vas kesayangan kita seharga 30 ribu!
Dan membuat mereka terluka karena kemarahan kita.

Terima kasih, bencana.
Terima kasih, kepahitan.
Terima kasih, masalah.
Karena mengajarkan kami lebih dari yang diajarkan oleh kesenangan dan kebahagiaan.