Thursday, July 19, 2007


OR
  

Beberapa tahun belakangan, aku memang lebih suka menggunakan istilah
JOY dan enjoy.
Enjoy your trip, ucapan buat yang sedang melakukan perjalanan.
Enjoy your day, buat salam penutup sms-smsan dengan siapa saja.
Enjoy your marriage, buat teman yang barusan menikah.
Enjoy your work, buat teman yang sibuk di  jam kerja.

Large artinya besar.
Enlarge artinya memperbesar.
Danger artinya bahaya.
Endanger artinya membahayakan.
Rich artinya kaya.
Enrich bisa berarti memperkaya.

Entah logika ini benar atau tidak, enJOY selalu kuanggap bersukacita.
Enjoy =  menikmati =  menjadikan sukacita.
Jadi apapun keadaan, sebenarnya bisa dinikmati dengan sukacita
(menurutku sih...)


Sering kita bertanya atau ditanya,
Apa sih yang kita cari dalam kehidupan ini?
Tidak sedikit yang mengatakan: KEBAHAGIAAN (happiness).
Dan kebahagiaan itu bisa dicapai jika kita berhasil
Dalam standar-standar yang kita tentukan sendiri.

Misalnya, punya rumah gedong, istri cantik, keluarga harmonis, 
reputasi yang baik, teman-teman yang setia, dll.


Bagi beberapa orang Nasrani,
ada yang mengartikan kebahagiaan dengan sukacita, kegembiraan.
Lalu apa sih bedanya?

Happiness depends on "what happened".
Kita hepi kalau kita naik kelas.
Kita hepi kalau kita memenangkan undian.
Kita hepi kalau kita baru jadian dengan pacar.
Kita hepi kalau semua hal berjalan sesuai keinginan dan rencana kita.

Tapi.....
Kita tidak hepi kalau kita dimarahi orang.
Kita tidak hepi kalau kita kehilangan harta.
Kita tidak hepi kalau kita kehilangan orang yang kita sayangi.
Kita tidak hepi saat kita dirundung masalah.

Disinilah bedanya...

JOY  is a gift from God.
Sukacita adalah anugerah Tuhan.
Karena Ia telah memberikan yang paling dibutuhkan oleh manusia: keselamatan.
Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersukacita,
karena hal yang terpenting dalam hidup
bukan lagi kebahagiaan.

Begitu ia sungguh-sungguh menjadi milik kita,
tidak ada hal apapun lagi yang bisa merenggutnya dari diri kita.

Ia tidak sama dengan happiness yang bisa datang dan pergi sesuai kondisi.

Sukacita tidak tergantung pada apa yang terjadi dalam hidup kita.
Kita bergembira, sudah pasti kita bersukacita.
Kita boleh bersedih.
Kita mungkin bisa jatuh dalam berbagai dosa dan pencobaan hidup.
Kita bisa kehilangan harta atau orang yang kita sayangi.
Kita bisa lemah tak berdaya karena serangan penyakit.
Bahkan kita bisa saja kehilangan cinta antar manusia!

Namun sukacita sejati, bisa berada dalam semua keadaan.
Kita bisa bersukacita dalam suasana kedukaan.
Kita bisa bersukacita meski sedang dilanda kesusahan.
Kita bisa bersukacita bahkan disaat sedang disakiti.
Tentu saja sukacita ini bukan semata-mata ditandai
dengan bibir yang selalu tersenyum.

(Bisa dianggap tidak waras kalau senyum-senyum di tengah suasana kedukaan!)

Lebih dari itu,

Ada pujian kepada Pencipta.
Yang mengijinkan semua terjadi.
Kegembiraan, kesedihan.
Happiness, Sadness.
There's JOY in every moment.

Happiness belum tentu benar.
Karena seorang perampok juga bisa hepi setelah mendapatkan jarahannya!!
Joy is the real happiness.

Itulah sebabnya, aku menamakan anakku "JOY"
(Bukan karena ia lahir pada musim Indonesian Idol..)

Ada sukacita ketika menamakannya.
Ada sukacita ketika memanggil namanya.
Dalam keadaan gembira maupun dalam keadaan marah berat atau bahkan sedih,
Nama itu selalu mengingatkanku untuk bersukacita dalam segala suasana.
Itulah salah satu kekuatan yang membuatku tetap hidup
dan melalui semua masalah kehidupan.


Bahkan pada saat-saat tersulit dalam hidupku,
Pertanyaan itu selalu muncul;
"Apa yang kau cari dalam hidup?"
"Joy...or happiness?"
Dan aku akan selalu memilih JOY.

So, I'm sorry Krisdayanti..
Karena akhirnya aku tidak sepakat
dengan baris terakhir lagu "Cinta"mu yang berduet dengan Melly
(meski aku kagum banget dengan karya-karya Melly)


Bukankah hidup kita akhirnya harus bahagia...

Karena di telingaku,
Ada lagu yang terngiang-ngiang dengan lebih keras dan lebih terpatri di hatiku,
Lagu yang sering dinyanyikan anak-anak sekolah minggu;

I've got JOY there is down in my heart
Deep, deep, down in my heart.
J-O-Y there is down in my heart,
Deep, deep, down in my heart.

Jesus gives it to me
And there's no one can destroy, destroy, destroy....

I've got JOY there is down in my heart
Deep, deep, down in my heart....


So...
Dalam keadaan apapun,

 
YOUR  LIFE !!

Monday, July 16, 2007

Mask Depression

(Artikel ini bukan tulisan saya, tapi saya ambil dari blog seseorang. Soalnya menggelitik dan menarik sih..
Nuwunsewu ya mbak Okky.. si-eneng@blogspot.com )


Depresi Terselubung atau Mask Depression. Jujur, saya belum pernah mendengar istilah ini sebelumnya. Sampai pada suatu sore di sebuah kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, saya bertemu salah satu sobat baik saya ketika kami masih sama-sama duduk di sekolah dasar.

Sepotong kejutan yang menyenangkan :) Setelah 17 tahun lost contact dan baru berjumpa lagi dengannya secara maya di dunia Friendster, akhirnya baru kali ini kami benar-benar bertemu secara fisik. Pertanyaan standar selain apa kabar adalah "Gimana, loe udah married, belum?" Hahahaha... wajar sih, secara tahun ini saya mulai memasuki usia 30 dan menjomblo (halah).

Reaksi saya agak berbeda ketika sambil tertawa ia mengatakan,
"Ah, payah loe, hari gini masih ngejomblo. Gue aja udah dua kali nikah!"

Haa??? Dua kali menikah? Iya, jadi sobat perempuan saya ini pernah menikah dua kali. Pernikahan pertamanya gagal. Dia cerai gara-gara suaminya selingkuh dengan temannya (canggihnya, perempuan yang diselingkuhi suaminya adalah temannya juga). Singkat kata, dia cerai dalam usia cukup muda, punya bayi laki-laki berumur enam bulan, dan tidak memiliki penghasilan karena selama menikah ia hanya menjadi ibu rumah tangga yang setia dan melayani suaminya dengan baik dan benar. Tapi sekarang dia sudah bahagia, karena tahun lalu dia sudah menikah dan bertemu lelaki yang benar-benar menyayanginya.

Dan mulailah dia bercerita banyak tentang kehidupannya. Mulai dari perselingkuhan suami pertamanya, perceraiannya, penyakit kanker yang dideritanya, anaknya, pokoknya banyaklah. Sampai ada satu bagian cerita hidupnya yang membuat saya tertarik. Jadi, sekitar tahun 2005, dia bolak-balik sakit dan dirawat di rumah sakit. Sakitnya simpel, cuma sakit panas dan demam tapi tak kunjung sembuh-sembuh. Dalam satu bulan, dia bisa puluhan kali bolak-balik masuk rumah sakit.

Akhirnya si dokter melakukan pemeriksaan secara keseluruhan. Dan didapat kesimpulan yang mengejutkan. Kata si dokter dia menderita depresi terselubung. Wah 3x...arahnya, dia sempat diberi rekomendasi untuk masuk rumah sakit jiwa.
Intinya, pasca perceraian pertamanya, teman saya itu berkata bahwa ia tidak sempat sedih. Terlalu sibuk mengurusi perceraian, memikirkan hidupnya dan anaknya yang masih bayi.

"Gue nggak ada waktu buat sedih. Jadi pada masa-masa proses perceraian dan pasca perceraian itu, gue nggak sempet mikirin sakit hati gue dan kesedihan gue. Dan imbasnya ternyata dua tahun kemudian gue divonis dokter menderita depresi terselubung," begitu katanya.

***
Katanya, depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, perasaan tidak berguna, putus asa, pokoknya yang sedih-sedihlah. Menurut informasi yang saya baca, penderita depresi terselebung jumlahnya semakin meningkat. Data di WHO menunjukkan bahwa 5 - 10% dari populasi masyarakat menderita depresi dan memerlukan pengobatan psikiatri dan psikososial. Untuk perempuan angka depresi lebih tinggi lagi yaitu 15 - 17% (masya alloh). Masalahnya adalah hanya lebih kurang 30% penderita depresi yang terdiagnosis dan mendapat terapi yang memadai.

Dari sebuah situs yang saya baca, depresi terselubung merupakan gejala perasaan tertekan dalam diri orang-orang yang secara keseluruhan normal. Hmm... persis seperti yang dialami teman saya itu. Meskipun terjadi pada orang-orang normal akan tetapi rasa tertekan ini akan mempengaruhi keseluruhan perilakunya. Dan bila dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin keadaan depresi terselubung ini akan menjadi depresi yang sebenarnya. Yang paling menakjubkan, dalam kadar tertentu, gejala depresi terselubung ini kebanyakan tidak disadari oleh yang bersangkutan.

***

Kembali ke cerita teman saya tadi. Ia memang kaget ketika dokter memvonisnya bahwa ia menderita penyakit depresi terselubung. Pasalnya, kejadian yang menyakitkan dengan mantan suaminya itu telah lama berlalu. Dan so far, ia merasa baik-baik saja. Tidak sampai pada tahap gila dan ingin balas dendam seperti yang ada di sinetron-sinetron lokal.

Atas saran dokter, ia mulai ke psikolog dan ikut terapi self healing. Dari konsultasi dan self healing yang ia ikuti, selain sudah merasa sembuh, ia juga mendapatkan pengetahuan baru.
Pada dasarnya, alam bawah sadar kita itu ternyata lebih kuat dari alam sadar kita. Jangan pernah memendam kemarahan, sakit hati, dan kesedihan. Karena ketika rasa itu ditekan dan tidak terluapkan, alam bawah sadar kita menjadi mudah depresi. Itulah awalnya gejala depresi terselubung. Imbasnya ya ke fisik, jadi sakit-sakitan meskipun informasi obyektif medis mengatakan tidak ada yang salah dalam fisik kita.

Ada kalanya kita harus meluangkan waktu untuk bersedih, marah, kesal, sakit hati, atau kecewa. Hanya saja, yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana kita melepaskan dan melampiaskan rasa itu dengan tepat.

"Depresi terselubung yang gue alami seolah membalas semua kesedihan-kesedihan gue yang sempat terlewatkan dan gue abaikan."

Begitulah kalimat terakhir yang sempat ia katakan sebelum akhirnya kami berpisah dan berpelukan.

Saturday, July 14, 2007

Tuhan marah pada Harry Potter (?)



Tadi aku ke Royal Plaza.
Bersama my little Joy dan pembantu kami yang sekaligus juga penjaga anakku.
Belanja, jalan-jalan.
Iseng mampir di 21, siapa tahu masih ada seat untuk film Harry Potter terbaru.
Ternyata ada.
Tapi di baris kedua dari depan.

Hmmm..
Nggak enak sih tempatnya.
Tapi penasaranku gak bisa ditahan,
Untuk melihat film yang semua seri dan novelnya jadi koleksiku itu.
Jadilah, 2x20rb berpindah tangan (karena malam minggu, jadi harga tiket termahal).
Filmnya masih akan main dua jam lagi.

Kuisi waktu dengan berbelanja.
Cuci mata.
Membeli bantal di index yang meski diskon 50% tetap masih menguras kocek.
Bantal dengan lapisan berisi biji kopi di satu sisinya.
Kata penjualnya, melancarkan peredaran darah.
Ya sudahlah, memang aku butuh.
Karena sakit yang berkepanjangan pada leher dan punggungku.
Semoga manjurlah.
Lalu mengajak Joy-ku bermain di playground yang banyak terdapat di mall-mall.

Pukul 18.45.
Setelah makan di Hoka-Hoka Bento (favoritku sih cuman saladnya, hihihi...),
kami langsung naik ke 21.
Film sudah dimulai rupanya.

Segera kami duduk dan mengambil posisi.
Joy kututupi sweater yang sengaja kubawa untuk menghalau dinginnya ac bioskop.
Joy juga nampak penasaran, karena aku bilang bahwa kita akan nonton tentang sihir-sihir.
(Fyi, dia sangat suka cerita putri2 seperti putri salju yang ada tokoh nenek sihirnya!)

Ternyata dugaanku keliru.
Pengalaman nonton Denias, Pirates of Carribean, dan Robby Hood yang bisa dinikmati oleh Joy, ternyata tidak terjadi di film ini.
Entah karena tempat yang terlalu depan,
Atau karena banyak suara2 yang mengagetkan dan menyeramkan (yang juga sangat keras karena dolby stereo),
Serta sinematografi yang serba kelam,
Malah membuatnya takut.

Alhasil, 10 menit pertama kuhabiskan untuk menenangkannya.
Karena terus merengek dan menangis ketakutan,
maka kusuruh pengasuhnya membawanya keluar.
Kubekali dengan uang secukupnya,
Agar dapat mengajaknya bermain beberapa permainan dan hiburan.
Sambil menungguku selesai nonton.

Oke..
Suasana sudah tenang.
Aku tahu panjangnya film ini 139 menit.
Pukul 8, hatiku sudah gelisah.
Bagaimana kalau anakku mulai bosan, ngantuk dan kecapekan?
Bagaimana kalau pengasuhnya kehabisan akal?
Sementara Harry Potter semakin tegang dan menarik.
Film ini 1 jam lagi baru berakhir.

Kumantapkan hati.
Kutinggalkan film itu.
Masih ada lain kali untuk melihat film dari novel favoritku.
Demi my little Joy.
Yang kutemukan dia di bawah eskalator.

Dan yang sepanjang jalan pulang terus berkata,
"Joy tidak suka Harry Potter" (beberapa kali terpeleset menjadi "helikopter")
"Joy hanya suka Putri Salju.
"Suaranya Harry Potter terlalu besar"

Kemudian ditambahkan lagi.
"Tuhan pasti akan marah sama Harry Potter."
(kurasa ini karena aku sering mengatakan bahwa Tuhan bisa marah sama anak2 yang tidak mau dengar nasehat orangtua, hehehe...)
Atau juga karena ia tahu, Tuhan tidak suka pada hal-hal yang menakutkan seorang anak kecil!

Hmmm, mungkin benar juga.
Tapi lebih tepatnya,
Tuhan mungkin akan marah padaku.
Jika aku memaksakan nonton Harry Potter dan mengabaikan anakku.
Hahahaha...

Bagaimanapun,
Thank's Harry!
Aku jadi tahu kapan harus membawa my little Joy di bangku 21.
Pelajaran yang kecil, tapi menggelitik bagiku.
Pelajaran seharga 40 ribu.
Pelajaran seharga 2 tiket Harry Potter!



Friday, July 13, 2007

Guardian Angel



Istilah ini sebenarnya mengandung banyak persepsi.
Di cerita-cerita religi,
Guardian angel adalah sosok yang abstrak.
Di serial korea,
Angel adalah seorang lelaki bodoh namun sangat baik hati.
Di beberapa film action,
Anggota mafia pun dapat dijuluki demikian.

Tapi aku mau menulis tentang hal ini,
karena aku BENAR-BENAR memilikinya.
Sembilan tahun dia diam di hatiku seperti itu.
Meski mungkin tak kusadari.
Atau juga tak disadarinya.

Aku ingat,
Semasa kuliah dulu.
Setiap aku membutuhkan sesuatu atau seseorang,
Dia akan datang seperti jelmaan.
Tanpa diminta, atau ditelepon (apalagi sms__jaman itu aku tidak punya hp!)
Seperti tahu apa yang ada di pikiranku.
Seperti punya telepati.
Aneh.
Misterius.
Namun menenangkan.
(Sepertinya ia tidak sadar hal ini, karena juga tidak pernah kuungkap!)
Mungkinkah kumiliki dia selamanya?

Tak terhitung desah nafas penuh kelegaan.
Ketika ia muncul di depan pagar kostku.
Segala gundah jadi sirna.
Seperti sebuah cahaya.
Terang, tapi tidak menyilaukan.
Lembut terasa, tapi kuat mencengkeram.

Ia hadir di saat-saat tersulit dalam hidupku.
Menghiburku saat air mata jatuh tanpa kompromi.
Tidak tertawa pada saat-saat yang paling memalukan dalam hidupku.
Tidak ikut menyalahkan meski aku salah.
Menghangatkan di saat terdingin yang pernah kurasakan.
Menjadi perisai dari serangan hujan dan panas.
Bahkan gangguan orang iseng ^_^
Mendengarku saat aku bicara demikian banyak.
Mendampingiku dalam diam, saat aku tak ingin bicara.
Tetap di sisiku di puncak tertinggi kebahagiaan,
Juga di jurang terdalam kekelaman.

Tanpa meminta apapun.
Tanpa peduli apapun.
Hanya menyediakan dirinya.
Untuk ikut memikul bebanku.
Mengikuti energiku,
Menelusuri tiap lekuk misteri dunia ini.
Tanpa lelah, tanpa keluh, tanpa penyesalan.

God is so good.
Karena menyediakan sosok nyata dalam hidupku.
Sahabat.
Pelindung.
Penghibur.
Penyuntik semangat.
Pemberi inspirasi.
Bukan khayalan semata,
atau konsep abstrak yang sulit kupahami.

My guardian angel.
Datang dan pergi dalam kehidupanku.
Ia datang hanya karena membaca isyarat mataku.
Ia pergi dengan sebuah penanda.
Ungkapan sayang di keningku,
menjadi isyaratnya.
Bahwa aku takkan melihatnya dalam waktu yang lama.
Penanda yang meneduhkan.
Sekaligus menyayat hati.
Menimbulkan tanya dalam diam
Kemana hidup membawanya?
Bahagiakah dirinya?
Siapakah yang menemani melewati hari?

Tulisan ini juga menandai penyesalanku,
karena tak pernah hadir untuk dia.
Tak ada pada saat terpahit dalam hidupnya.
Mengabaikannya ketika aku dikelilingi bahagia.
Tidak pernah bisa memberikan cinta,
Seperti cinta yang diberikan bagiku.

Maafkan aku, malaikatku.
Tidak pernah menjadi soulmatemu.
Karena selamanya tidak pernah setara bagiku.
Aku manusia, kau malaikat (kamu pasti selalu geli dan merasa tidak pantas bila kusebut dengan istilah ini..).
Hingga saat ini,
Tak pernah berubah.
Satu hal yang kutakutkan,
Adalah melukaimu.

Terima kasih, malaikatku.
Telah mendampingiku hingga saat ini.
Meski kini hanya dalam bayangan.
Tidak untuk diraih,
Tapi untuk disyukuri dalam tiap bait doaku.
Mendekatkanku pada Dia yg mencipta kita.

Pernah kau katakan,
Mungkin selamanya kau ditakdirkan menjadi pelindungku.
Aku tertawa mendengarnya.
Kejam sungguh aku,
Mengikatmu dengan peran itu.
Sementara banyak hati yang butuh hatimu.
Dan akan datang saatnya,
Dimana seluruh hati, jiwa dan ragamu
Hanya diperuntukkan bagi satu orang
Bahkan peran guardian itu pun
Harus kulepaskan.


Demi cinta.
 
Cinta yang benar dan tidak melukai.

Dan demi sebuah pembelajaran
tentang cinta.