Monday, June 4, 2007

Anak jatuh di ITC (wuihhhhh..)



Aduh.
Kemarin sore aku dengar beritanya.
Perutku mual.
Napasku juga berat.
Padahal bukan anakku.

Aduh.
Bagaimana perasaan orangtuanya?
Mungkin merasa super bersalah.
Atau pasrah karena waktu tidak bisa diputar kembali.
Aku tidak bisa bayangkan seandainya aku adalah mereka.
Aku tidak mau menjadi mereka...saat ini.
Aku tidak ingin tragedi terjadi dalam hidupku.
Aku berdoa supaya Tuhan mendengar doaku.
Meski kutahu..jalanku tak mulus.

Aduh.
Jalan yang tragis untuk memulangkan seorang bocah.
Tragis untuk yang ditinggal.
Tragis bagi yang melihat tidak langsung.
Mengguncang bagi yang melihat langsung (aku ingat, lututku juga pernah bergetar hebat karena melihat langsung seorang teman menwa jatuh dari ketinggian 4 lantai!)

Tapi bocah itu..
Mungkin saat ini sedang melantunkan puji-pujian di rumah penciptanya.
Segala multi trauma yang diperolehnya secara fisik..
mungkin sudah menjadi mahkota yang indah di kepala kecilnya.
Itu yang kuharapkan.
Bukan sebaliknya.

Hanya meninggalkan duka.
Juga pesan.
Supaya orangtua menjaga baik anak-anaknya (anak-anak Nya)
Supaya kita menghargai yang masih hidup di samping kita.
Supaya pengelola mall lebih memikirkan keselamatan, daripada sekedar mencari untung belaka.
(aku ingat..ada juga mobil yang terjun bebas karena konstruksi dinding pembatas parkir yang tidak benar!!)


Aduh.
Aku baru ingat..
Aku juga bukan orangtua yang baik!!
Yang kadang lepas kontrol terhadap kegesitan kaki gadis kecilku.
Yang sering mengabaikan permintaannya ditemani bermain.
Karena alasan pekerjaan, atau karena alasan menulis blog! ^_^

Aku ingat juga..
Kotbah seorang hamba Tuhan yang menanyakan..
"Berapa engkau hargai anakmu kalau dijual?"
"Tidak ternilai harganya," jawab sebagian besar kami.
Tapi kemarahan atau ringan tangan sering muncul.
Jika anak kita menggores tv lcd seharga 8 juta.
Jika anak kita mengutak-atik komputer kita seharga 5 juta.
Jika anak kita mencoret sofa kita seharga 3 juta.
Bahkan ketika anak kita memecahkan vas kesayangan kita seharga 30 ribu!
Dan membuat mereka terluka karena kemarahan kita.

Terima kasih, bencana.
Terima kasih, kepahitan.
Terima kasih, masalah.
Karena mengajarkan kami lebih dari yang diajarkan oleh kesenangan dan kebahagiaan.









0 comments: